Lihat ke Halaman Asli

Hermudananto

Traveller and Nature Lover

Bahasa Inggris Masih Miris, Bukan Halangan Bermimpi ke Negeri Paman Sam

Diperbarui: 25 Juli 2020   11:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi mengenyam pendidikan di Amerika (Sumber: www.shutterstock.com via edukasi.kompas.com)

Cita-cita untuk menjadi seorang dosen, apalagi sekolah di luar negeri tidak pernah terbayangkan sejak saya masih duduk di bangku perkuliahan 17 tahun silam, apalagi dengan nilai Bahasa Inggris yang terbilang pas-pasan atau bahkan sangat kurang, namun semangat saya untuk terus belajar tidak pernah padam.

Semoga cerita saya ini dapat menginspirasi rekan-rekan di seluruh Indonesia yang sedang melakukan perjuangan mengejar mimpinya.

Lulus dari Fakultas Kehutanan UGM tahun 2007, saya mendapatkan kesempatan kerja pertama sebagai peneliti junior di salah satu perusahaan pulp dan kertas terbesar di Indonesia yang berlokasi di Perawang, Riau. 

Entah bagaimana, baru tiga bulan saya bekerja, perusahaan menugaskan dan mempercayakan saya untuk mengikuti pelatihan selama dua bulan di Montpellier, Perancis. 

Kaget dan takut bukan kepalang, mengucap Bahasa Inggris saja minder dengan nilai prediksi TOEFL 377, apalagi bahasa asing lainnya, TAPI SAYA MENCOBA...

Ternyata saat itulah awal mula motivasi untuk lanjut kuliah di luar negeri muncul. Setidaknya saat mengikuti pelatihan saya mengasah sedikit Bahasa Inggris saya yang belepotan tersebut. 

Berbekal surat rekomendasi sekolah dari kolega yang saya kenal saat pelatihan di lembaga penelitian pertanian Perancis tersebut (CIRAD), saya mencoba peruntungan pertama mendaftar Eiffel Excellence Scholarship Program pada tahun 2008. Hasilnya bisa ditebak, lolos administrasi pun tidak, TAPI SAYA MENCOBA...

Dua tahun kemudian, saya pindah dan mendapatkan kesempatan bekerja di perusahaan swasta yang bergerak di bidang sertifikasi sebagai auditor kehutanan di Cimanggis, Depok. 

Tantangan berikutnya datang untuk menjadi translator saat auditor asing dari Inggris datang ke Indonesia untuk melakukan penilaian independen pada hutan tanaman Jati untuk memperoleh pengakuan pengelolaan hutan lestari secara internasional. 

Sekali lagi, pusing bukan main! Kata demi kata saya catat dan coba terjemahkan pelan-pelan secara langsung saat auditor tersebut bertanya kepada masyarakat lokal ketika wawancara berlangsung. Gugup, pusing, sakit kepala memang, TAPI SAYA MENCOBA...

Selama lima tahun ke depan, sejak saat itu, penugasan untuk menjadi translator dan juga membuat laporan dalam Bahasa Inggris menjadi hal yang rutin dilakukan, dan ternyata sedikit banyak meningkatkan kemampuan saya dalam berkomunikasi ataupun menulis dengan bahasa asing. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline