Lihat ke Halaman Asli

Herman Utomo

pensiunan

Kenangan

Diperbarui: 29 April 2023   13:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

httpspixabay.comidphotoskamera-bagasi-foto-polaroid-foto-514992

Suatu ketika saat penulis mengendarai mobil di jalan raya yang menghubungkan Magelang-Semarang, tiba-tiba di depan mobil penulis, ada sebuah truck pasir yang bagian belakang baknya ada gambar foto mantan Presiden Soeharto dengan tulisan Piye…enak jamanku tho..?. Sekilas tulisan itu membuat penulis tersenyum, tetapi bisa jadi ini membuat sebuah pernyataan adanya kebenaran di balik tulisan itu. Benar demikian ? Bisa ya bisa juga tidak. Tentu saja darimana sudut pandang masing-masing tentunya.

Lepas dari semuanya, seringkali kita terjebak atau dijebak dengan masa lalu kita, di saat kita sedang bermasalah atau hendak terperangkap dengan yang namanya masalah. Dari lubuk hati yang paling dalam mungkin kita bertanya, kenapa kita dibawa ke situasi yang tidak enak seperti ini ? Padahal hari-hari kemarin kita masih bisa menikmati canda tawa, nyaman, sehat dan hidup berkelimpahan ?

pexels-pixabay-207983

Situasi seperti ini bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja dan dimana saja. Seperti slogan iklan minuman. Bahkan ada rasa seperti enggan meninggalkan kenangan masa lalu yang selalu menggayut di alam pikiran. Padahal kita sudah jelas-jelas tahu, bahwa kita sedang berjalan dan sedang menjalani perjalanan hidup ke arah masa depan.

 Situasi seperti inilah yang berulang kali tertulis dalam Kitab Suci di saat nabi Musa melakukan eksodus besar-besaran keluar dari negeri Mesir melalui perjalanan darat dengan mengarungi padang gurun yang seolah tanpa batas. Sepanjang perjalanan bertahun-tahun, terekam bagaimana bangsa yang dipimpin nsbi Musa masih terus dibayang-bayangi kenikmatan hidup masa lalu saat tinggal di Mesir.

Seberapa daya tahan manusia di dalam perjalanan hidup yang sesungguhnya sudah di skenario oleh Tuhan Sang Pencipta, ditentukan oleh tekad dan seberapa respon dalam menangkap sinyalnya. Seperti yang akhirnya terlontar dari mulut mereka...Tidak ! kami mau pergi ke negeri Mesir, dimana kami tidak akan mengalami pertempuran, tidak akan mendengar bunyi sangkakala dan tidak akan menderita kelaparan, disanalah kami akan tinggal ! Apakah akan frustasi seperti ini  jadinya ?

pexels-rajendra-dharashivkar-2735739

Hal yang sama pernah penulis alami. Saat mendapat Surat Keputusan untuk tugas baru di Kantor Dinas secara struktural. Padahal sepanjang bertahun-tahun sejak masuk jadi Pegawai Negeri Sipil, penulis  bertugas di lapangan secara fungsional. Dan ini sebuah perbedaan dalam pelaksanaan tugas. Apalagi secara fungsional sudah terbiasa mengambil keputusan secara cepat dan bertanggung jawab terhadap proyek-proyek yang dihadapi.

Kenyamanan dan rutinitas membayangkan tugas masa lalu, tidak mudah terhapuskan. Ada rasa marah, rasa tidak suka, ada ingin protes. Dan itu tidak mudah dilakukan, semudah kita mengucapkan secara teori. Tetapi sekali lagi sebagai bawahan harus tunduk kepada atasan. Apapun yang dihadapinya. Jadi apa yang dilakukan oleh beribu manusia dibawah pimpinan nabi Musa saat eksodus itu, penulis bisa merasakannya.

pexels-johannes-plenio-2268843

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline