Lihat ke Halaman Asli

Marhento Wintolo

Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh

Karma Buruk (Penebar Kebencian)

Diperbarui: 12 November 2020   07:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Karma buruk

Karma buruk adalah ketika seseorang bisa dengan rasa bersalah menebarkan rasa amarah dan kebencian dengan berbagai cara. Mungkin dengan cara fitnah atau dengan menghasut agar terjadi keributan. 

Bahkan kadang tanpa disadari oleh yang menderita, ego semakin besar. Ia begitu membanggakan bahwa yang dilakukan adalah paling benar dan baik. Munafik adalah sebutan paling tepat.

Munafik berarti antara yang diucapkan dan perbuatannya tidak selaras. Belum lagi bila seakan ia membela junjungannya atau katanya yang dihormati sebagai panutan dalam suatu kepercayaan tertentu, tetapi yang dilakukan tidak sebagaimana yang diperbuat oleh sang guru tau pembawa pesan.

Misteri

Mekanisme karma memang amat misteri. Satu kata kunci yang mesti kita wapadai. Perbuatan buruk akan dibalas dengan hal sama. Baik dibalas baik. Tidak satu pun bisa mengubah ketentuan alam ini. 

Hanya kedunguan kita yang menyatakan bahwa baik bisa diimbangi dengan buruk. Ini bisa terlihat pada suatu keadaan. Misalnya, kita melihat seseorang ditimpa kemalangan terus menerus dalam kehidupan ini. Atau sebaliknya.

Kita melihat seseorang yang kita anggap tidak baik dalam kehidupan saat ini, tetapi mendapatkan kelimpahan harta dan kekuasaan. Karena tiada seorangpun bisa memahami fenomena alam ini. Inilah misteri alam semesta. Namun juga bukan tidak pernah diungkapkan. Para suci, avatar,utusanNya atak apa pun sebutannya pasti membawa pesan dari alam semesta. Mereka adalah perwujudanNya. Namun karena ego yang semakin membesar dalam karena pikiran yang takut 'dibunuh', maka kita menolak hal ini.

Perbuatan bukti karma buruk

Ketika seorang Master yang disebut sebagai Isanat berjalan bersama para muridNya, ia dimaki/dicemooh oleh seseorang, namun Dia membalas dengan senyum penuh kasih. Para murid protes: 'Mengapa Master/Guru tidak membalas cacian orang itu?'

Jawab Sang Master: 'Bagaimana Aku bisa membalas? Aku tidak lagi memiliki mata yang kebencian untuk dibayarkan kepada orang tersebut.'

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline