Lihat ke Halaman Asli

Marhento Wintolo

Praktisi Ayur Hyipnoterapi dan Ananda Divya Ausadh

Menaklukkan Kematian, Menggapai Kebahagiaan

Diperbarui: 31 Mei 2020   12:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Kematian

Kematian bisa ditaklukkan oleh siapa saja. Bukan hanya orang pilihan yang bisa menaklukkan. Yang harus dipahami adalah apa yang bisa mati?

Setiap manusia harus memahami adanya keabadian dalam dirinya. Yang paling mendasar adalah pemahaman terhadap arti kata 'manusia'. Kata manusia terdiri dari dua kata: 'manas' dan 'isya'. Kata pertama berarti pikiran sedangkan kata ke dua berarti ilahi. So, yang mati adalah pikiran atau intelektual. Pikiran atau intelektual berkaitan dengan kenyamanan indrawi; untung-rugi.

Tubuh atau Badan

Ya, yang mengalami kematian adalah tubuh atau badan, segala sesuatu yang bersifat bendawi atau materi. Pikiran juga materi. Oleh karena itu, kita harus melampaui sifat materi atau ke-materilisme-an dalam diri kita. Masuklah ke keabadian diri.

Alam ini juga ilusi, tidak ada yang bersifat abadi; semuanya sedang berubah. Musnah dari suatu bentuk dan berganti atau berubah ke bentuk lain. Sebagai contoh: tubuh kita sesungguhnya sudah mengalami kematian beberapa kali. 

Tubuh kita terdiri dari triliunan sel, dan setiap sel akan mati setiap 5-7 tahun. So, tidak mengherankan bila sesungguhnya kita telah mati beberapa kali. Jadi sesungguhnya tubuh kita 10 tahun yang lalu tidak sama dengan tubuh kita saat ini.


Rasa takut

Timbulnya rasa takut terhadap kematian adalah karena kita berada pada kesadaran tubuh. Kita semua terdiri dari 5 lapisan kesadaran. Lapisan paling luar adalah kesadaran tubuh, dan selama kita terpancang pada lapisan pertama akan terus merasakan ketakutan akan kematian.

Dari buku Dvptara Jna stra by Anand Krishna:

Sang Penakluk Kematian memberikan anugerah keabadian kepada kita dengan membebaskan diri dari rasa takut akan kematian. Seseorang yang terbebas dari ketakutan tersebut dan tidak lagi takut mati, sesungguhnya, adalah abadi. Orang tersebut tidak terdelusi dengan kesadaran jasmani/tubuh. Senantiasa hidup dalam Kesadaran Jiwa, selalu sadar bahwa Jiwa sesungguhnya tidak pernah terpisah dari Sang Jiwa Agung.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline