Lihat ke Halaman Asli

Hennie Triana Oberst

TERVERIFIKASI

Penyuka traveling dan budaya

Vaksin Booster untuk Remaja, BioNTech, dan Vaksin Gratis

Diperbarui: 8 Januari 2022   20:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Vaksin booster untuk remaja, Biontech, dan vaksin gratis | foto: pixabay/whitesession—

Sejak meningkat lagi kasus terinfeksi covid19 akhir musim gugur 2021 lalu di Jerman dan negara Eropa, masyarakat diimbau melakukan vaksinasi booster. 

Sebetulnya bukan vaksin booster saja. Sebagian warga masih ada yang tidak mau mendapat vaksin pertama dan kedua, dengan alasan masing-masing. 

Vaksinasi ini diperlukan bukan hanya untuk melindungi kesehatan diri sendiri, tetapi juga mengurangi risiko penyebaran virus pada orang lain. Semakin sedikit yang terinfeksi, maka semakin rendah kemungkinan munculnya virus varian baru yang lebih berbahaya.

Vaksin ketiga, yang biasa disebut vaksin booster ini diperlukan setelah 6 bulan vaksin kedua diterima, tetapi bisa juga dilakukan juga setelah 5 bulan. Vaksin ketiga bekerja seperti booster (penguat) untuk kekebalan tubuh. Itulah kenapa disebut sebagai vaksin booster. 

Vaksin booster meningkatkan perlindungan secara signifikan. Tubuh memproduksi lebih banyak antibodi, dengan demikian dapat melindungi diri lebih baik dari serangan virus.

Saya bersama suami telah mendapat vaksin booster ini pada awal Desember lalu, sedangkan anak kami yang masih di bawah usia 18 tahun belum mendapatkannya.

Ada rasa was-was karena kemungkinan penularan virus tidak bisa dihindari di sekolah, meskipun prokes tetap dilaksanakan dengan ketat. 

Antigen-Schnelltest setiap hari

Di semua sekolah, selain diberlakukan prokes, anak-anak setiap pagi -- sebelum memulai pelajaran -- wajib melakukan Antigen-Schnelltest (Tes swab antigen). Bagi anak yang hasil tesnya positif harus melakukan PCR test dan karantina di rumah. Umumnya lama karantina 10 hari, tetapi bisa diperpendek jika setelah 5 hari hasil tes negatif.

Apabila 20 persen dari jumlah murid di kelas menunjukkan hasil tes swab positif, maka satu kelas harus menjalani karantina. Saya bersyukur, sampai hari terakhir sekolah sebelum libur Natal yang lalu, hanya ada 3 anak yang positif tanpa gejala, masih di bawah 20 persen. 

Artikel lain;

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline