Lihat ke Halaman Asli

Hennie Triana Oberst

TERVERIFIKASI

Penyuka traveling dan budaya

Senyuman dari Masa Silam

Diperbarui: 26 Agustus 2020   23:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: HennieTriana

"Hai Santi"

Laki-laki yang tingginya sedang-sedang saja itu menyapaku sambil tersenyum malu-malu. Ia sejak kemarin berdiri di depan pintu gerbang sekolah.

Aku baru tiba di halaman sekolah menuju pintu gerbang memasuki ruangan kelas yang berjajar.

Aku tidak kenal lelaki itu. Kelana namanya, begitu teman-temannya menyapa. Nama itu juga yang aku dengar disebut oleh teman-teman akrabku yang usil.

Ternyata Kelana dan teman-temannya adalah murid dari sekolah lain yang menumpang mengikuti ujian akhir di sekolah kami. Aku tak tau dari sekolah mana.

Mana mungkin aku tanya, dia menyapaku saja sudah riuh rendah sorak-sorai kawannya dan kawanku.

Kata kawan-kawanku, Kelana naksir aku. Mereka yakin sekali dan bilang bahwa Kelana jatuh cinta padaku saat pandangan pertama. Aduh.

Tapi dia tak berani menyatakannya. Sepertinya dia cukup bahagia menyapaku dan memberikan senyumnya setiap pagi di depan gerbang sekolah.

Aku balas sapaan cowok pemalu berwajah biasa-biasa itu. Kelana akan berjalan memasuki gerbang sekolah, mengikutiku, jika aku sudah melewati tempatnya berdiri. Hanya sebatas itu. 

Kebiasaan ini berlangsung hingga selesai ujian akhir kami di Sekolah Menengah Pertama tempatku belajar tiga tahun belakangan ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline