Lihat ke Halaman Asli

Hennie Triana Oberst

TERVERIFIKASI

Penyuka traveling dan budaya

Puisi | Sepotong Kisah Sebelas Musim

Diperbarui: 23 Januari 2020   23:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi Winter - dok. HennieTriana

Kemarin kau ulangi lagi, mengenang-ngenang kisah kasih kita 
Padahal aku sudah tidak ingin menghadirkannya di helaan nafasku 
Cerita kita itu terlalu mengiris perasaanku juga perasaanmu 
Buktinya, kau akhirnya meneteskan airmata, tak lagi mampu berkata-kata 

"Laki-laki boleh menangis, karena kalian juga punya hati dan emosi"

Aku ingin bongkahan duka dan luka itu tersimpan dalam dan rapat di dasar jiwa
Biar tak usah lagi memberati langkah kita. Karena hanya meninggalkan jejak yang dalam, 
di permukaan bumi. 

Tapi kenapa kau ungkit-ungkit lagi cerita usang itu.

Lama kemarin, pandangan kita saling bertaut, saat sapamu mengejutkanku.
Senyummu menghangatkan dinginnya Den Haag. 
Lalu kita kaitkan helai-helai senyum kita menjadi kumparan janji

Tapi perjalanan panjangku menyeberangi dua benua itu adalah kado perpisahan kita
Sebelas musim cerita yang kita kumpulkan telah luruh.
Aku pun tak mengerti kenapa kita biarkan lembarannya melayang satu demi satu.

Biar kita tutup saja album kenangan manis kita
Tak perlu kau ungkap rindumu itu
Karena aku pun sangat tau bahwa kau mencintaiku. 

Kita adalah rembulan dan mentari, yang tak kan bisa berdampingan 
Hidup kita terpisah jarak, arah dan waktu. 
Kita tak kan bisa saling meraih

.-------

Hennie Triana Oberst - Deutschland 21.01.2020 - untuk jsrb




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline