Lihat ke Halaman Asli

Harga Murah, Tak Selamanya Baik

Diperbarui: 23 Juli 2017   08:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Gaya Hidup - Kehadiran teknologi informasi tidak dipungkiri telah menciptakan efisiensi dalam praktik dunia usaha (bisnis). Biaya produksi dapat ditekan sehingga dunia usaha dapat menghasilkan produk dengan harga yang lebih rendah dibanding periode sebelum hadirnya Teknologi Informasi.

Telepon genggam pada awal kemunculannya, apabila dibanding dengan harga yang sama saat ini tentu akan terlihat perbedaan signifikan dari teknologi atau mungkin malah belum ditemukan. Hal ini menunjukan bahwa konsumen saat ini dapat memperoleh produk dengan harga lebih rendah dengan produk yang sama pada era lalu.

Namun, dibalik dari turunnya harga produk dari dunia usaha, sebenarnya terjadi suatu transisi. Dunia usaha yang pada awalnya ditopang oleh Sumber Daya Manusia (SDM) bersifat padat karya. Saat ini telah beralih menjadi padat modal, dimana tenaga SDM tergantikan oleh teknologi. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) marak terjadi, ataupun kesejahteraan pekerja yang stagnan karena memiliki daya tawar yang rendah. 

Tidak hanya pada segmen industri, pada segmen pemasaranpun kehadiran teknologi telah mengambil alih peran dari SDM. Kehadiran toko-toko online yang langsung menghubungkan distributor dengan konsumen mengakibatkan toko-toko retail minim pembeli. Alhasil, beberapa toko retail memiliki kapasitas keuangan yang minim sehingga berimplikasi pada pengurangan jumlah SDM ataupun sampai-sampai toko retail tersebut gulung tikar.

Memang, "MURAH"?

Hasil teknologi memang membuat dunia usaha mampu menghasilkan produk dengan harga lebih murah. Namun, banyak pemangkasan-pemangkasan terhadap pemakaian Sumber Daya Manusia. Disisi lain, para konsumen juga merupakan para pekerja (SDM) dari dunia industri. Pada akhirnya, dimungkinkan terjadi kondisi dimana produk dari dunia usaha tidak akan terbeli konsumen meskipun harganya lebih rendah, karena konsumen mengalami penurunan pendapatan atau bahkan tidak ada pendapatan sama sekali.

Seiring berjalan waktu tidak hanya toko retail, toko berbasis teknologi informasi (pasar online) pun mulai sepi. Promo/ discountpun bermunculan yang disebar melalui sosial media, hal ini tidak lain usaha untuk meningkatkan penjualan produk melalui teknologi informasi (e-commerce). Namun, itu bukan solusi. Seperti yang telah dikemukakan, sepinya pembeli terjadi karena penurunan pendapatan atau bahkan hilangnya pendapatan, sehingga diharga berapapun sulit sekali penawaran untuk direspon pasar.

Nah, harga murah yang kita nikmati sekarang, tidak selamanya baik karena kemunculannya lahir dari efisiensi yang tidak jarang mengorbankan manusia sebagai pilar keseimbangan di dunia, termasuk dunia usaha/ industri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline