Lihat ke Halaman Asli

Hayyun Nur

Penulis dan Pemerhati Sosial

Sang Dato

Diperbarui: 26 Oktober 2020   05:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Datangnya Sang Dato

Suatu hari di tepi pantai dekat sebuah  teluk. Tak kurang dari 3 abad yang lalu. Di tahun 1645 Masehi. Sekelompok  pembuat garam tiba-tiba dikejutkan oleh kemunculan sebuah benda aneh.   Benda itu nampak di kejauhan terombang-ambing di tengah gelombang tinggi. Meluncur deras terbawa arus dan didorong hembusan angin. Menuju ke arah tempat mereka berada.

Setibanya di pantai, ternyata benda itu membawa seorang pria dan seorang anak. Karena tak mengenal kedua orang tersebut, sebagian pembuat garam itu bergegas melapor kepada raja Palu.  Pue Nggari. Seketika mendengar laporan itu, Pue Nggari segera pula  bergegas menuju pantai dengan menunggang kuda.

Benda aneh yang dilihat para pembuat garam itu rupanya sebuah perahu. Penumpangnya ternyata datang dari tempah yang begitu jauh. Dia datang dari Minangkabau. Memperkenalkan dirinya sebagai seorang Datuk bernama Abdullah Raqi. Inilah tokoh yang kemudian begitu legendaris di seantero kota Palu dan sekitarnya. Tokoh inilah  yang oleh masyarakat kota Palu kemudian dikenal sebagai Dato Karamah.

Teluk di dekat pantai itu kini dikenal sebagai teluk Palu. Daerah seputar pantai tempat perahu sang Dato itu bersauh, kini dikenal pula dengan sebutan Karampe.

- Bersambung




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline