Ujian Skripsi TERBUKA, untuk apa?
Di banyak kampus, ujian terbuka sering kali dianggap sekadar "tahapan administratif" menuju yudisium. Ia dijalani karena harus, bukan karena dipahami maknanya, serta identiknya ujian terbuka dilakukan oleh mahasiswa dengan Strata 3. Padahal, jika dikelola dengan baik, ujian terbuka justru bisa menjadi salah satu forum akademik paling transformatif dalam perjalanan seorang mahasiswa.
Di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Magelang (FH UNIMMA), kami mencoba menempatkan ujian terbuka bagi mahasiswa Prodi Ilmu Hukum (S1) dalam perspektif yang lebih bermakna: bukan sekadar kewajiban akademik, tapi panggung pembuktian intelektual dan pendidikan mental terakhir sebelum mahasiswa benar-benar "diluluskan oleh realitas sosial."
Mengapa ini penting? Karena tugas akhir mahasiswa baik itu skripsi, laporan proyek, maupun hasil magang adalah karya ilmiah yang menyimpan jejak perjuangan, kegelisahan intelektual, bahkan keberanian untuk mengambil sikap ilmiah terhadap isu-isu hukum kontemporer. Maka, forum ujian terbuka bukanlah akhir dari proses, melainkan titik kulminasi dari serangkaian pembentukan karakter akademik yang selama ini dibina secara perlahan.
Saya sendiri, sebagai dosen yang hampir setiap semester terlibat dalam forum ini, menyaksikan langsung bagaimana mahasiswa-mahasiswa yang dahulu pendiam, ragu, atau minim percaya diri, pada akhirnya bisa berdiri mantap mempresentasikan pikirannya di hadapan para penguji. Ada momen-momen haru yang tak tertulis dalam lembar nilai, tetapi terasa kuat dalam ruang itu ketika seorang mahasiswa menjawab pertanyaan dengan tenang, mengakui keterbatasan data dengan jujur, atau bahkan membela kesimpulannya dengan argumentasi kritis yang tak terduga.
Inilah yang kami maksud dengan "ujian terbuka sebagai ruang metamorfosis". Mahasiswa tidak lagi hanya sebagai penerima ilmu, melainkan menjadi pelaku aktif produksi pengetahuan. Forum ini juga memberi pesan simbolik bahwa kelulusan bukan sekadar angka IPK, tetapi kesiapan menghadapi tantangan berpikir, berbicara, dan bertanggung jawab atas gagasan.
Dengan menjadikan ujian terbuka sebagai panggung penghormatan terakhir terhadap proses belajar mahasiswa, FH UNIMMA ingin memastikan bahwa setiap lulusan hukum tidak hanya "siap di atas kertas", tetapi juga siap sebagai pribadi akademik yang utuh dan tangguh.
1. Tugas Akhir: Karya Monumental Mahasiswa
Bagi mahasiswa hukum, menyusun skripsi atau proyek tugas akhir adalah momen penting sekaligus penuh tekanan. Tugas akhir ini bukan hanya menuntut literasi hukum yang baik, tetapi juga kemampuan analisis, penalaran logis, dan sensitivitas terhadap isu sosial-hukum.
FH UNIMMA mendorong agar mahasiswa memilih topik yang tidak hanya relevan secara teori, tetapi juga kontekstual dengan kebutuhan hukum di tengah masyarakat. Mulai dari isu perlindungan konsumen, hukum lingkungan, hingga respons hukum terhadap teknologi digital dan AI, semua menjadi ladang eksplorasi mahasiswa dalam tugas akhirnya.
Kami percaya, tugas akhir adalah karya monumental yang merekam jejak intelektual dan posisi moral mahasiswa terhadap realitas sosial. Maka, setiap naskah tugas akhir adalah kontribusi kecil yang potensial bagi dunia hukum.