Lihat ke Halaman Asli

Harry Ramdhani

TERVERIFIKASI

Immaterial Worker

Srimenanti, Joko Pinurbo

Diperbarui: 17 Mei 2019   09:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku bagus dari JokPin: Srimenanti.

1/
Seorang pemuda tiba-tiba dipukuli oleh beberapa kawanan orang di tempat umum. Tentu bukan tanpa sebab. Jadi, satu waktu setelah ia keluar bioskop menonton film, ia meneriaki orang-orang yang sedang antre dengan memberi spoiler film yang akan mereka tonton.

Kerumanan orang yang sedang menunggu giliran masuk biokop kesal. Maka habislah pemuda itu diamuk masa.

Aku bukan pemuda yang diamuk masa itu. Aku juga bukan masa yang ikut memukuli pemuda tadi. Tapi aku hanya ingin mengikuti apa yang dilakukan pemuda tadi: membuat spoiler sambil meneriaki kalian --dengan tulisan-- yang membaca.

Ini adalah spoiler tentang novel pertama Joko Pinurbo (JokPin), Srimenanti.

Jika kalian kesal setelah membaca ini dan bertemu denganku di satu tempat lalu ingin memukulku, silakan. Itulah yang aku cari. Itulah tujuan tulisan ini dibuat.

Memang hanya penggila film saja yang berhak kesal ketika menemukan spoiler. Permbaca buku juga berhak atas itu!!!

2/
Setidaknya ada 2 (dua) alasanku membeli buku terbarunya JokPin, Srimenanti, yaitu (1) karena itu bukunya JokPin dan (2) ingin tahu sejauh mana penyair menulis novel. Sederhana, bukan ingin membandingkan, akankah eksekusinya seperti Sapardi pada novel 'Hujan Bulan Juni'?

3/
Tidak ada yang keliru, tentu saja, dari caraku membeli buku karena sebelumnya telah menyukai dan/atau kenal lebih dulu karya-karya penulisnya. Setidaknya karena itulah aku memiliki batas atas dan bawah (setiap) karya terbarunya.

Yha. Biar bagaimanapun, tidak ada satu penulis, yang aku tahu, mampu menghasilkan karya-karya baik. Begitu juga dengan sebaliknya, tidak ada ada satu penulis yang karya-karya jelek. Itu wajar. Dan benar.

Pun, dengan alasan yang sama, memungkinkan aku untuk bisa memilih dan memilah karya mana yang akan aku beli atau tidak. Kalau ini tentu saja pembenaran. Alasannya tidak lain dan tidak bukan: aku tak selamanya punya uang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline