Lihat ke Halaman Asli

Harry Ramdhani

TERVERIFIKASI

Immaterial Worker

Antara Ridwan 'Sentris' dan Anti-Klimaks Jordan Kilganon

Diperbarui: 23 Juni 2017   03:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustarasi: ridwan remin menjadi host di #OpenMicBGR || sumber: @StandUpIndo_BGR

Ada yang menarik setelah Boah Sartika close mic: (1) disinyalir karena sedikit mendapat "like" seminggu lalu di kanal Youtube Stand-up Kompas TV; (2) istilah baru yang muncul di SUCI 7: Ridwan 'Sentris'; (3) seketika saya ingat perjuangan Jordan Kilganon di Dunk King season 2.

***

Hampir selalu ada yang mewakili bogor di kompetisi Stand-up Comedy Indonesia (selanjutnya akan ditulis: SUCI) setiap musimnya. Tentu minus dua musim awal SUCI. Betul saya orang Bogor dan sudah pasti mendukung wakil Bogor yang tengah ikut SUCI. Besar kemungkinan karena primordial semata. Tapi bila boleh beralasan lain, yaitu sebab saya mengenal para komika dan tahu bagaimana mereka berkembang dan bertumbuh dari satu open mic ke open mic setiap minggunya. Alasan ringkasnya: Pilkada DK yang lalu mengajarkan akan pentingnya keberpihakan.

Dan untuk SUCI 7 ini ada dua wakil Bogor: Ridwan Remin dan Dany Beler. Keduanya komika Bogor yang rutin open mic. Maka tidak perlu heran mengapa mereka bisa bertahan sampai sekarang di SUCI 7. Tidak ada tingkatan komika di Bogor, setidaknya bagi saya. Komika lama dan komika baru sama saja. Permasalahan mereka juga selalu sama: susah membuat materi selucu mungkin. Barangkali yang membedakan adalah kematangan. Ini pun banyak faktornya. Biasanya karena pengalaman, jam terbang atawa pengetahuan.

Tapi, bisa dibilang, arah dan pertarungan SUCI 7 semakin kentara. Bisa dibilang pasca Boah Sartika close mic. Sulit memang muncul ke permukaan di era instan ini. Banyak contohnya. Dari banyak yang membela plagiarisme sampai semua hanya "keberuntungan" semata.

Tentu ini kejahatan antara jempol, pikiran dan perasaan tidak sejalan. Di satu sisi banyak yang memprediksi kalau final SUCI 7 akan mempertemukan Ridwan Remin dan Jupri. Di sisi lainnya Boah Sartika tampil konsisten (paling tidak untuk tidak mengatakan adanya penurunan) setiap show. Kenyataannya: Jupri mesti close mic lebih cepat. Netizen geram. Boah Sartika dijadikan bulan-bulanan kekesalan netizen. Entah apa dan bagaimana perhitungan juri menghentikan langkah Jupri? Yang jelas, setelah Boah Sartika close mic, semua meng-amin-i dengan penuh suka cita. Seakan itu suatu hal yang pantas, yang semestinya dilakukan oleh juri sejak show awal.

Dan pada akhirnya mucullah suatu konspirasi. Pembenaran yang bisa dimasuk nalar: pada kanal youtube Stand-up Kompas TV ternyata Boah Sartika mendapat "like" paling sedikit (sumber: Evello Corp). Lucu. Ini jauh lebih lucu dari kompetisi yang jelas mencari komika terlucu. Netizen pikir setiap polah-tingkah mereka di dunia maya mampu memengaruhi semua hal. Demokasi kita memang selucu itu. Maklumi sahaja.

Ada sisi yang menarik lainnya: dari show pertama sampai jumat (16/06) lalu, Ridwan Remin selalu mendapat nilai tinggi. Ringkasnya, mendapat "kompor gas" dari pakde indro. Seingat saya, sejak dimulainya SUCI, siapapun komika yang mendapat komentar itu dari Pakde Indro pasti tidak close mic. Apalagi komentar Pandji, saya kira ia sudah bingung ingin menilai apa. Bahkan pernah dalam satu penilaiannya terhadap ridwan remin, "kalau biasanya gue ketemu komika bagus, pasti gue ajak untuk tour (stand-up) sebagai opener. Khusus buat lu (ridwan remin, maksudnya), terlepas dari kompetisi ini, gue doain lu punya karir yang baik. Serius ngejalanin karirnya. Gak usah berpikir bakal diajak tour oleh komika manapun. Indonesia pantas mendapat melihat komika sematang lu ini". Tentu maksud Pandji adalah level Ridwan Remin bukanlah opener, tapi komika yang punya tour stand-up sendiri.

Di antara keriuhan itu semua kemudian muncul istilah ke permukaan: Ridwan 'Sentris'. Siapa lagi kalau bukan netizen-yang-budiman yang melabeli itu?

Bagi sebagian penonoton SUCI 7, barangkali, melihat juri terlalu meng-anak emas-kan Ridwan Remin. Setiap minggunya selalu diberi pujian, tanpa kritikan. Paling-paling sekedar saran. Adil? Jila adil masih diartikan sama rata, sama rasa (kalian tahu maksud saya tentunya) adalah keliru.

SUCI memang ajang mencari komika terbaik. SUCI adalah kompetisi lucu-lucuan antar komika. Siapa lebih lucu, ia keluar sebagai pemenang. Itu jalas. Namun, ada aturan tidak tertulis (barangkali tertulis, hanya saja masih banyak yang tidam tahu): SUCI selalu mengedepankan progress. Maksudnya adalah ada peningkatan setiap komika pada setiap minggunya. Sejak awal komitmen SUCI memang menjadi wadah untuk para komika bertumbuh dan berkembang. Harapannya: setelah lulus dari sekolah-yang-bukan-sekolah ini benar-benar jadi komika yang sebenarnya. Tampak berlebihan, seperti habis ikut akmil sahaja!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline