Lihat ke Halaman Asli

Asia Tenggara: Age of Commerce

Diperbarui: 17 November 2022   17:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Digital Collections Universiteit Leiden.

Penamaan Age of Commerce atau masa kurun niaga, tidak terlepas dari sejarah yang ada dunia pada saat itu, yang tentu saja sangat di pengaruhi dengan bangsa-bangsa Eropa, Di Eropa, tahun 1450-1680 dapat dibagi dalam zaman Renaisans (1453), Reformasi (1618), dan juga zaman Eksplorasi dan Ekspansi Eropa ke Amerika, Asia, dan seterusnya. 

Pada masa itu mulai muncul kapitalisme Eropa yang akhirnya menyebar ke berbagai belahan dunia melalui koloni-koloninya maupun perusahaan dagang eropa yang ada di berbagai belahan dunia. Maka dari itu munculnya Kapitalisme di Eropa juga memunculkan Kapitalisme awal pada Sejarah Asia Tenggara.

Dengan adanya zaman perniagaan ini, menurut Anthony Reid tidak membuat kawasan Asia Tenggara itu menjadi padat penduduknya. Dalam bukunya Reid, menganggap hampir di setiap wilayah di Asia Tenggara memiliki penduduk yang sedikit di bandingkan dengan lahan yang ada. Lahan di Asia Tenggara ini pun juga didominasi oleh hutan tropik atau rawa-rawa.

Selama berabad-abad, kenaikan jumlah penduduk di Asia sangat rendah, yakni sekitar kurang dari 0,5 persen setahun. Baru pada permulaan abad ke-19, penduduk Asia Tenggara, khususnya Jawa dan Thailand, meningkat secara mencolok. Sebelum itu, penyakit, perang, dan juga epilog perang yang mengakibatkan gagalnya panen, rusaknya persawahan dan tanaman lain, menyebabkan penghitungan kembali jumlah penduduk agak sukar.

Namun angka yang didapat oleh Anthony Reid ini tidak memperhitungkan jumlah manusia di luar kekuasaan kerajaan, seperti yang berada di dataran tinggi (pegunungan), budak, pembantu bujang, dan juga jangkauan kewajiban pajak dan militer, dikarenakan adanya faktor geografis, status sosial, alasan politik dan ekonomi.

Ada beberapa faktor penyebab ramainya wilayah di Asia Tenggara khususnya di Kepulauan Nusantara ramai pada abad ke-15-17 masehi atau masa kurun niaga. Pertama, permintaan rempah-rempah yang meningkat. 

Rempah-rempah menjadi komoditas yang paling dicari pada masa ini terutama oleh bangsa-bangsa eropa karena ditaklukkannya Konstatinopel pada tahun 1453 oleh kesultanan Turki Utsmani yang membuat perdagangan rempah yang berasal dari asia afrika tidak bisa ke Eropa karena Turki Utsmani menutup akses perdagangan dengan bangsa barat yang membuat harga rempah-rempah menjadi naik di Eropa.

 Alhasil dengan ditemukannya kepulauan rempah-rempah di Maluku oleh orang-orang Portugis pada tahun 1512 yang melalui arah barat dan diikuti oleh bangsa Spanyol pada tahun 1521 dari arah timur, kemudian beberapa abad selanjutnya disusul oleh Belanda dan Inggris. 

Dengan banyaknya bangsa-bangsa barat yang datang untuk mencari rempah-rempah ke Maluku ini membuat daerah-daerah sekitarnya (Kepulauan Nusantara) menjadi ramai akan para pedagang ataupun para pelayar yang ingin singgah sebelum melanjutkan perjalanannya dari/ke Maluku.

Lalu berkembangnya sistem pelayaran juga turut memiliki peranan penting dalam ramainya Kepulauan Nusantara pada masa kurun niaga. Dikenalnya sistem angin oleh para pelaut yang ingin pergi ketempat jauh ataupun untuk para nelayan untuk menentukan melayar mecari ikan dan kembali ke darat, mengenal jenis-jenis angin sendiri berguna untuk para pedagang yang menggunakan kapal untuk menentukan waktu yang tepat untuk pergi ke suatu tempat seperti mengetahui angin muson timur dan barat untuk mengatur perjalanan mereka yang melaut yang melewati perairan Nusantara. Selain itu ditemukannya Kompas juga turut mempermudah para pelayar ini untuk mencari rute tercepat selama berada di lautan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline