Lihat ke Halaman Asli

Abdul Haris

TERVERIFIKASI

Menulis Untuk Berbagi

Skimming, Kejahatan ATM yang Berulang

Diperbarui: 8 April 2018   23:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi. (sumber: kompas.com)

Pencurian uang di ATM melalui skimming kembali muncul beberapa waktu lalu. Skimming bukan merupakan modus kejahatan baru, entah telah berapa kali kejadian tersebut berulang.

Pada kasus terakhir, tata cara yang digunakan pelaku pun tidak berbeda dengan berbagai kejadian sebelumnya. Pelaku dalam aksinya memasang alat perekam data kartu (skimmer) di mulut ATM. Selanjutnya, untuk mengetahui PIN nasabah, pelaku menempelkan kamera yang dapat menangkap gerak jari nasabah ketika memasukkan PIN. Data kartu ATM dan PIN dikirim ke laptop pelaku secara nirkabel (melalui Wifi router), dalam hal ini pelaku berada tidak jauh dari lokasi ATM.  

Nasabah pada umumnya tidak menyadari keberadaan perangkat skimming. Pelaku merancangnya sedemikian rupa mirip bagian dari mesin ATM dan memasangnya dengan rapi sehingga lepas dari perhatian nasabah.

Ada beberapa hal yang menyebabkan kejadian skimming berulang. Pertama, masih banyak bank yang menggunakan kartu ATM berbasis magnetic stripe (bukan chip). Skimmer mampu merekam data yang tersimpan dalam magnetic tersebut. Sejauh ini, yang saya ketahui, skimmer belum dapat merekam data kartu yang telah menggunakan chip.

Sedikit informasi, skimmer yang digunakan pelaku mirip dengan alat yang biasa digunakan di hotel atau perkantoran untuk merekam atau menggandakan kartu akses.

Kembali pada masalah kartu, Bank Indonesia sebagai otoritas system pembayaran sebenarnya telah mewajibkan bank untuk melakukan migrasi kartu ATM dan debit dari magnetic stripe ke chip (SEBI No. 17/52/DKSP). Namun demikian, batas waktu implementasi teknologi itu adalah tanggal 31 Desember 2021. Hal itu mempertimbangkan kesiapan dari industry perbankan yang memerlukan biaya besar guna mempersiapkan kartu ATM dan debit berbasis chip.

Kedua, kurang antisipatifnya bank dalam meningkatkan keamanan ATMnya. Hal itu dapat dilihat dari masih banyaknya mesin ATM yang mudah ditempel skimmer pada bagian mulutnya. Beberapa bank sebenarnya telah menggunakan mesin ATM yang sudah didesain khusus mempersulit pemasangan skimmer di mulut ATM. Atau, adapula bank yang sudah menggunakan alat tambahan anti skimmer pada mulut mesin ATM. Sayangnya, banyak nasabah yang sulit membedakan alat di mesin ATM adalah bagian dari ATM itu sendiri atau skimmer milik pelaku kejahatan.

Selain penyediaan mesin ATM, kurang antisipatif juga kerap tampak dari pemasangan mesin ATM di lokasi yang tidak strategis. Misalnya, di sudut yang sepi dan jauh dari pengawasan petugas. Bank juga tidak selalu melengkapi pengamanan tambahan di ATM dimaksud, seperti pemasangan CCTV yang dapat berfungsi dengan baik. Alhasil, pelaku akan sangat mudah melakukan aksi pemasangan alat skimmer pada ATM di lokasi tersebut.

Antisipasi Skimming

Mengingat perbankan adalah bisnis kepercayaan, kelemahan-kelemahan tersebut perlu untuk segera diatasi untuk menjamin keamanan nasabahnya. Meskipun batas waktu implementasi chip masih 3 tahun mendatang, tidak ada salahnya Bank Indonesia terus mendorong percepatan pengaplikasian chip tersebut. Perbankan pun dalam hal ini harus tanggap, berulangnya kasus skimming untuk kartu berbasis magnetic stripe harus menjadi pelajaran berharga. Perbankan perlu memikirkan strategi percepatan pengimplementasian chip untuk kepentingan nasabahnya.

Pertimbangan penempatan mesin ATM juga harus menjadi perhatian penuh. Bank harus lebih jeli untuk memilih tempat yang terjamin kemanannya. Tentu sulit bagi bank untuk selalu menyediakan petugas keamanan di setiap mesin ATMnya, untuk itu, selain pilihan lokasi yang tepat, perangkat tambahan seperti CCTV yang dapat berfungsi dengan baik perlu pula menjadi perhatian. Petugas bank yang rutin melakukan pengisian ATM juga harus lebih aktif untuk melakukan pengecekan kondisi mesin ATM dan lingkungan sekitar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline