Beberapa waktu lalu, sebanyak 82 surfer unjuk gigi di kompetisi surfing nasional pantai Parangtritis, Bantul. Kompetisi tersebut bertujuan mengenalkan Pantai Parangtritis sebagai salah satu spot surfing di Indonesia.
Para peserta berasal dari berbagi daerah seperti Lampung, Padang, Banten hingga Banyuwangi. Sedangkan untuk kelas yang dilombakan ada 3, yaitu woman division, local division dan yang paling bergengsi yaitu open national division.
Dalam kompetisi tersebut pemenang akan dinilai dari berbagai aspek, salah satunya manuver-manuver yang dilakukan saat menaklukan ombak Pantai Parangtritis.
Pemilihan Pantai Parangtritis sebagai lokasi kompetisi surfing bukan tanpa alasan. Menurut Budi, hal itu karena Pantai Parangtritis memiliki ombak yang terbilang unik dibanding Pantai lainnya. Selain berombak besar, ombak di pantai ini bisa dipakai surfing dari pagi sampai sore, tidak seperti Pantai lainnya.
Sebenarnya di Pantai Parangtritis ini sudah sering digunakan untuk latihan para surfer sejak tahun 2012. Tapi sifatnya memang masih sporadis. Nah, sekarang sudah mulai teroganisir dengan adanya kompetisi.
Kita layak mengapresiasi capaian Pantai Parangtiritis sebagai tempat ajang lomba surfing level nasional. Sekarang tinggal meningkatkan level sebagai tempat surfing level internasional selevel dengan Pantai Pulau Pulau Sipora (Sumatera Barat), Pantai Pulau Nias (Sumatera Utara) Pantai Nihiwatu (NTT), Sungai Kampar (Riau), Pantai Plengkung alias G-Land (Jawa Timur), Pantai Tanjung Setia (Lampung) dan Pantai Pulau Rote alias T-Land (NTT).
Bahwa daya tarik surfing di Parangtritis diharap mampu mendongkrak jumlah kunjungan wisata di Pantai Parangtritis, khususnya wisatawan asing. Mengingat dengan banyaknya wisatawan akan berdampak pada perekonomian masyarakat yang tinggal di pesisir Pantai. Masyarakat akan makin sejahtera.