Lihat ke Halaman Asli

Selfie, Ajang Kompetisi dengan Diri Sendiri

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14330836301413665037

"Cowok paling enggak tuh ya, tiap hari selpi, tiap kali ganti pp. Kek ga ada kegiatan lain aja."

Saya comot sebaris kalimat ungkapan seorang teman di jejaring sosial yang mengungkapkan komentarnya tentang aktivitas memotret diri sendiri alias selfie. Teman saya ini seorang perempuan tentunya dilihat dari komentarnya.

"Coba aja kang, selpi monyong2 gitu, tak anpren segera, hahahaha..." lanjutan komentarnya menanggapi komentar dari seorang temannya.

Fenomena selfie memang sedang marak bermunculan di sosial media seiring tak terbendungnya teknologi informasi yang berkembang di dunia maupun di tanah air. Merujuk dari arti kata jika ditelusuri lebih dalam pengertian ‘Selfie’ menurut referensi pustakawan Britania adalah “sebuah pengambilan foto diri sendiri melalui smartphone atau webcam yang kemudian diunggah ke situs web media sosial.” Jadi memang kemunculan fenomena ini sangat didukung oleh berkembangnya ponsel pintar yang semakin terjangkau secara harga. Pada awal munculnya ponsel pintar yang dilengkapi dengan fitur kamera, harga yang ditawarkan masih relatif tinggi dan juga teknologi kamera yang diusung juga belum mumpuni. Saat ini banyak sekali ponsel pintar yang bertebaran dengan berbagai fitur kamera yang semakin memanjakan diri pengguna untuk ber-selfie ria, salah satunya ponsel keluaran terbaru Smartfren Andromax C3S & C3Si. Ponsel berbasis Android dengan harga yang sangat bersahabat untuk anak muda ini memiliki fitur Front Led Flash Camera yang akan semakin membuat wajah penggemar selfie semakin cerah berbinar. Pengguna akan dengan mudah mengunggah foto selfie-nya di jejaring sosial dengan dukungan jaringan kecepatan tinggi dari Smartfren. Tentunya akan membuat diri semakin eksis di dunia maya dan membuat 'wow' teman yang lainnya.

Meski fenomena selfie ini mencuat seiring munculnya teknologi ponsel pintar, pada dasarnya 'hasrat' untuk selfie ini ada pada diri setiap individu meski dengan kadar yang berbeda-beda. Sisi egosentris kita tidak bisa dipungkiri. Coba wajah siapa yang kita cari saat melihat foto kita bersama sekelompok orang? Pertama kali tentunya kita akan fokus mencari wajah kita yang mana, baru urutan berikutnya kita lihat orang-orang dekat atau yang kita kenal. Hal ini menunjukkan bahwa sisi keakuan atau narsis tak bisa lepas pada diri seseorang. Tidak peduli mau wajah kita yang terjelek dari sekumpulan teman kita, tetap wajah sendiri yang kita cari di urutan pertama. Merujuk pada kalimat yang saya ambil dari status akun jejaring sosial salah satu temen putri di atas, sebenarnya foto-foto diri yang kita anggap paling 'wah' dan 'wow' tadi ternyata terasa 'bikin mual' orang lain yang melihatnya, tentunya jika berlebihan.

Beragam motivasi dan tujuan orang melakukan selfie. Saya coba analisa pribadi dengan berbekal beberapa foto selfie pribadi. Beberapa waktu yang lalu media sempat dihebohkan oleh peristiwa kecelakaan seorang pendaki gunung Merapi yang meninggal setelah melakukan foto selfie di sana kemudian terpeleset dan terjatuh ke kawah. Dari beberapa foto yang sempat diunggah ke media sosial, bisa jadi itu bukan masuk kategori selfie karena foto diambil oleh orang lain. Saya tidak ingin membahas mengenai kasus itu, tapi coba mengaitkan dengan motivasi penyuka selfie. Coba lihat foto selfie asli saya di bawah ini.

[caption id="attachment_368646" align="aligncenter" width="567" caption="Neo Style - The Matrix (Doc: HUM)"][/caption]

Foto di atas saya ambil sendiri menggunakan ponsel pintar di atas kawah Gunung Tangkuban Perahu. Apa yang menjadi motivasi? Gaya..? Lokasi ekstrim..? Pose menantang..? bisa jadi semuanya merupakan jawabannya. Merasa diri seolah menjadi sosok Neo dalam trilogi The Matrix. Berbagai komentar dari teman ketika foto selfie itu saya unggah beberapa saat setelahnya ke media jejaring sosial. Komentar haha hihi mewarnai status foto selfie saya tadi.

Bagaimana dengan potensi bahaya saat saya melakukan sesi foto itu? Sudut pengambilan gambar saja yang membuat foto itu seolah saya melayang mau jatuh ke belakang dengan kawah di bawahnya. Sebenarnya dengan satu tangan pegang ponsel pintar dengan fitur timer dan tangan satunya berpegangan pada pagar beton di pinggir tebing atas kawah tersebut. Jadi untuk mendapatkan momen istimewa dengan lokasi ekstrim kita tetap selalu memperhatikan potensi bahaya, safety first.

Kita coba lihat lagi foto selfie yang kedua di bawah ini.

[caption id="attachment_368647" align="aligncenter" width="441" caption="Goweser selfie (Doc: HUM)"]

14330837661152435091

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline