Lihat ke Halaman Asli

Hardius Usman

Humanitarian Values Seeker in Traveling

Moskow? Siapa Takut?

Diperbarui: 19 Juni 2020   08:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

St. Basil Cathedral (Sumber: Koleksi Pribadi)

Walau presiden Rusia tidak lagi berkumis setebal Stalin, tetapi dalam imajinasi banyak orang, negara ini masih tetap mempunyai citra menyeramkan. Tidak sedikit dari kita masih membayangkan bahwa orang-orang Rusia itu jahat bahkan kejam. Belum lagi, agen-agen KGB atau polisi rahasia, yang kerjaannya membunuh musuh atau orang-orang yang mencurigakan. Pemerintahnya pun sangat senang membuat konspirasi  untuk menghancurkan dunia. 

Wajar saja imajinasi itu muncul di kepala kita, karena kebanyakan informasi yang kita terima bersumber dari berita-berita atau film-film Amerika selama bertahun-tahun.  Perang dingin membuat Amerika berkepentingan untuk membangun citra positif negaranya, sekaligus membuat citra bagi Rusia sebagai negara yang menyeramkan. 

Pembangunan citra ini berhasil karena Rusia sendiri merubah dirinya menjadi negara tertutup, sehingga kita kenal sebagai negara  terali besi. Jadi kita hanya mengetahui Rusia dari sejarahnya yang memang penuh revolusi berdarah, dan tidak banyak tahu perbaikan yang dialami negara ini, sehingga kita masih menyangka Rusia masih 'seperti yang dulu'. Makanya tidak salah jika kita menganggap Rusia masih mengerikan, sehingga tidak sedikit orang yang harus berpikir panjang untuk berwisata ke sana.

Saat merencanakan wisata ke Moskow, sedikit banyaknya kami juga dihinggapi rasa was-was. Tapi, traveling selalu punya dorongan yang besar untuk membuktikan informasi yang kami dapat. Harusnya kami tiba di Moskow sore hari, tetapi karena pesawat didelay cukup lama di Muscat -- Oman, maka kami baru sampai di Bandara Domodedovo setelah lewat tengah malam. 

Kami menemui masalah ketika akan mengambil uang di ATM, karena ternyata tidak semua kartu ATM bank di Indonesia dapat digunakan. Disamping itu, banyak ATM yang tidak menyediakan fasilitas menggunakan bahasa Inggris. Untung kami membawa dolar Amerika sehingga bisa ditukar dengan rubbel Rusia. Urusan uang memang perlu jadi perhatian ketika akan ke Moskow, karena kita sulit untuk mendapat mata uang rubbel di Jakarta, dan  pasti akan jadi masalah jika kartu ATM kita tidak berlaku di Moskow.

Walau sudah berpengalaman melewati berbagai imigrasi di dunia, tetapi melewati imigrasi Rusia ternyata memberi sensasi tersendiri. Rasa kuatir yang menemani kami selama antri, rasa sedang diamati oleh 'petugas' Rusia, dan rasa takut berbuat salah sekecil apapun, membuat perasaan kami sangat lega saat paspor mendapat stempel dan diperkenankan masuk ke negara tirai besi itu. Kalau dipikir-pikir lagi, sebenarnya prosuder imigrasi di sini tidak berbeda dengan negara-negara lain, lalu kenapa kami merasa kuatir dan was-was? Inilah dampak dari imajinasi yang ada di kepala kami.

Tengah malam dari Bandara kami harus ke hotel. Ini juga menimbulkan rasa was-was, karena kami harus berhubungan dengan orang Moscow di saat yang sangat sepi. Rasa was-was kami ternyata berlebihan karena kami baik-baik saja hingga ke hotel dan tarif tidak 'dimainkan'. Begitu juga pengalaman-pengalaman berikutnya, terutama menggunakan taksi online, kami tidak pernah mendapat perlakuan yang buruk atau tarif yang dimainkan.

Sumber: Koleksi Pribadi

Dari perspektif objek wisata yang disediakan, Moskow merupakan kota yang sangat layak dijadikan destinasi wisata. Lapangan merah yang selama ini penuh misteri dan angker, ternyata menyapa para wisatawan dengan keramahan memikat. Mungkin kita sering menyaksikan lapangan luas ini digunakan sebagai tempat berbagai parade, khususnya angkatan bersenjata Rusia. 

Lapangan ini dibatasi oleh tembok berwarna merah dengan beberapa tower yang menghiasi lapangan merah ini, seperti Nikolskaya Tower, Spasskaya Bashnya, the Tsar's Tower, atau Nabatnaya Tower. Di balik tembok itulah terletak benteng dan kompleks istana yang terkenal dengan nama Kremlin. Mungkin diantara kita juga punya imajinasi yang menyeramkan tentang Kremlin, padahal sekarang kita bisa menikmati keindahan dan sejarahnya di dalam situs yang dibangun abad ke-15 ini.

Di ujung lapangan merah ini, kita bisa menyaksikan keindahan arsitektur dari St. Basil Cathedral yang merupakan landmark Moskow bahkan mungkin Rusia. Situs yang dibangun pada Abad ke-16 oleh Tsar Ivan IV, yang terkenal dengan warna-warni kubahnya ini, sekarang merupakan musium yang dapat dikunjungi wisatawan. 

Di Kawasan Lapangan Merah ini kita juga bisa mengunjungi Lenin's Mausoleum, tempat peristirahatan terakhir pendiri dan pemimpin Uni Soviet, Vladimir Lenin. Kita juga dapat menikmati lebih dari satu juta artefak, yang merupakan saksi sejarah dan warisan Rusia di State Historical Museum yang didirikan tahun 1872.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline