Lihat ke Halaman Asli

Hanny Setiawan

TERVERIFIKASI

Relawan Indonesia Baru

Lihat Senyum Anakku, Kalian Akan Mengerti Mengapa Ahok Harus Diperjuangkan

Diperbarui: 17 Maret 2017   10:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak ada yang menyangka, pertarungan Ahok vs Anies di Pilkada DKI 2017 akan menjadi seliar ini.  Apakah ini kebetulan? Dalam rumus orang percaya, tidak ada yang kebetulan. Semua sudah dihitung oleh Sutradara Agung. Dia tahu, Dia mengerti, dan Dia paham betapa manusia sudah begitu rusak akhlaknya.  Sejak dari Firdaus, manusia sudah INGIN kekuasaan, bahkan ingin menantang Tuhan.

Meskipun demikan, sebagai manusia biasa rasa kaget, dan kecewa jelas ada. Pertarungan dua orang "hebat dan baik" yang diharapkan dapat menghadirkan pesta Demokrasi, ternyata telah membawa Pilkada DKI 2017 menuju kuburan-kuburan politik para pemimpin muda yang diharapkan.

19 April 2017 akan menentukan siapa yang mendapatkan amanah menjadi pemimpin DKI 2017-2022.  Siapa yang kalah atau siapa yang menang akan ditentukan di tanggal itu. Tapi sebenarnya, hasilnya sudah ada sekarang.  Pilkada DKI 2017 adalah sebuah kegagalan besar kita bersama.

Secara politik, Anies sudah gugur, Sandi jadi bayi prematur (tidak jadi lahir), sementara Ahok pun sedikit banyak tersandera dengan kasus penistaan.  Mungkin justru hanya Djarot yang justru berkibar dan terkena "dampak positif" dari liarnya Pilkada DKI.

Siapa yang senang? Pihak STATUS QUO lah yang bersorak-sorak.  Orang-orang yang selama ini berjuang supaya reformasi tidak berjalan dengan baik menjadi sumringah.  Keadaan yang menyedihkan bagi kita yang punya harapan dan mimpi Indonesia Baru.

Siapa lagi yang senang? Para PENUMPANG GELAP di NKRI yang siap menerkam Indonesia juga ikut terbahak-bahak karena sekarang mereka ada di garda depan. Radikalisme dan terorisme yang mendapatkan panggung politik ini lagi-lagi memperlihatkan kegagalan besar Pilkada DKI.

Adakah pihak lain lagi yang ikut tertawa?  Masih ada, para KORUPTOR.  Merekalah sesungguhnya para cukong dibelakang segala kegaduhan politik ini.  Semakin gaduh, semakin senang mereka, karena mereka. Karena mereka bisa bersembunyi dari proses-proses hukum.  Sedihnya.

Burhanuddin Muhtadi dari Indikator Politik menyatakan hal yang senada bahwa siapapun yang menang, kita sudah kalah. Sayang sekali bukan?

***

Tapi harapan itu belum mati.  Harapan itu harus diikhtiarkan untuk terus hidup dan menyala.  Dan harapan itu hanya ada di Ahok.  Kemenangan Ahok-Djarot di Putaran 2 paling tidak akan mempersulit ketiga kekuatan besar  yang sudah merusak dan menistakan agama untuk terus maju berkembang.

Politik SARA yang dimainkan Anies-Sandi telah sampai puncak gunung es kebebalan di jenasah Nenek Hidun. Sekarang semua sibuk mencari simpati dan ikut menjadi pembela jenazah.  Politik yang sudah sakit. Kemunafikan yang sudah sampai level "tiada taranya"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline