Lihat ke Halaman Asli

Globalisasi, Iklim, dan Krisis Kemanusiaan

Diperbarui: 23 Desember 2022   01:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Globalisasi membawa kita pada integrasi akan budaya, ekonomi, hingga politik antar negara. Pada awalnya globalisasi seringkali dikenal sebagai difusi budaya, namun dewasa ini cakupan globalisasi menjadi lebih luas lagi dengan menekankan pada interkoneksi dan networking. 

Aliran globalisasi terbagi menjadi dua pada abad pertengahan yaitu melalui cara damai dengan migrasi atau melalui kekerasan seperti perbudakan dan melalui standarisasi global atau yang kerap kali disebut sebagai dominasi sistem dunia. Umumnya standarisasi dipatok melalui negara maju khususnya negara-negara barat. Hal ini bukan menjadi sesuatu hal yang mengherankan karena tak dapat dipungkiri juga kebanyakan kemajuan-kemajuan teknologi, transportasi dan telekomunikasi kebanyakan muncul dari bangsa barat.

Kemajuan yang ditawarkan globalisasi mencapai puncak pada kemudahan aktivitas bisnis, perdagangan, migrasi, hingga kebebasan dalam ilmu pengetahuan. Namun dibalik kemudahan yang ada, globalisasi juga turut menyumbang dampak buruk terkhususnya pada lingkungan. Hal ini diakibatkan oleh aktivitas industri yang kerap kali dinilai sembrono dalam praktiknya. 

Seringkali kita jumpai bahwa limbah-limbah industri tidak diolah sebagai mana mestinya, berbagai macam bentuk limbah seperti cair, padat, dan gas dibuang tanpa melalui prosedur yang sudah ditetapkan. Bahan-bahan kimia berbahaya yang terkandung di dalam limbah menjadi biang dari permasalahan lingkungan ditambah juga aktivitas lainnya seperti penggunaan lahan dan penggunaan bahan bakar fosil. Meskipun beberapa masalah mengenai perubahan iklim disebabkan oleh faktor alam namun kita tidak bisa menampik  bahwa kegiatan manusia turut menyumbang banyak kerusakan lingkungan.

Permasalahan menjadi semakin rumit karena isu lingkungan juga turut menyumbang krisis kemanusiaan. Bahkan menurut International Rescue Commitment (IRC) diperkirakan 2023 dunia akan menghadapi krisis kemanusiaan yang cukup parah akibat dari konflik berkepanjangan, gejolak ekonomi, hingga dampak buruk dari perubahan iklim. 

Perubahan iklim yang ekstrem akibat dari pemanasan global bukanlah topik yang baru bagi dunia internasional, rumusan-rumusan kebijakan untuk mengatasi masalah ini semakin bervariasi dari tahun ke tahun. Bahkan tak jarang penggelontoran dana besar-besaran ditujukan untuk aksi pencegahan kenaikan suhu.

Bagaimana kondisi iklim mempengaruhi krisis kemanusiaan?

Kenaikan suhu global yang semakin menjadi turut mengancam tatanan ekologi saat ini, bagaimana tidak, kita tahu bahwa iklim dipengaruhi oleh kondisi biotik dan abiotik lingkungan namun apabila kondisi lingkungan tercemar maka suhu akan terpengaruh. Hal ini bekerja seperti boomerang, pada akhirnya perubahan suhu juga akan mengubah kondisi lingkungan, penguapan air yang terjadi dalam jumlah yang besar akan mempengaruhi kelembaban udara di atmosfer akibatnya kondisi lingkungan akan berubah.

Akhir-akhir ini pemberitaan mengenai kekeringan, banjir, ancaman ketahanan pangan, hingga ancaman terhadap sektor perekonomian negara disebabkan oleh perubahan iklim. Sebagai contoh, Eropa saat ini tengah mengalami krisis energi, di bagian amerika selatan kekeringan terjadi menyebabkan tanaman mengering dan hewan alpaca mati. Adapun perubahan iklim yang ekstrem juga menyebabkan tantangan ketahanan pangan di berbagai wilayah seperti Somalia dan Etiopia termasuk indonesia.

Dilansir melalui Greenpeace, prediksi keadaan ekstrem yang tak kunjung membaik akan menyebabkan suhu global mencapai 2,9 derajat celsius meskipun target suhu 1,5 derajat celsius yang telah dirancang sudah tercapai sebelumnya.

Pemberitaan tersebut tentunya menyadarkan kita bahwa semakin hari kondisi alam tempat kita tinggal semakin buruk. Manusia, hewan dan tumbuhan pun akan semakin sulit menemukan tempat yang aman untuk ditinggali. Bagaimana tidak, di berbagai belahan bumi saat ini kondisi-kondisi tersebut justru akan mempersulit hidup. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline