Lihat ke Halaman Asli

Handy Pranowo

TERVERIFIKASI

Love for All Hatred for None

Paranoid

Diperbarui: 24 April 2018   23:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam yang menipu kehendak, bulan tersangkut mendung, sisa hujan meneteskan air mata meresap ke dalam tanah yang basah penuh darah. Sementara orang orang terlelap dalam bingung, kepastian esok hari menjadi teka-teki mimpi. Kapankah kiamat terjadi?

Kemelut dalam hati, gelisah akan hidup melarung terbawa angin hinggap di langit-langit kamar. Redup menghilang, timbul meregang. Pintu-pintu telah rapat terkunci, mata belum lagi terpejam, lampu-lampu termenung kedinginan sementara udara luar yang basah terhirup paru-paru yang kering.

Oh jiwa-jiwa yang tengah di sekap di lucuti kegelisahan, amarah terpendam menjadi bangkai penderitaan. Maka aroma busuk tercium terbawa angin yang berhembus kencang, hingga bayi-bayi berontak dari tetek ibunya, menolak kemapanan, menolak perubahan jaman.

Dan Tuhan tersingkir dari alam raya, manusia saling menerkam antar sesama. Kehidupan terpecah belah, perang semakin nyata di depan mata. Kapankah kiamat terjadi?


Malam yang menipu kehendak, bulan tersangkut mendung, sisa hujan meneteskan air mata. Aku terkesima di ujung masa.

Handy Pranowo

230418




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline