Mohon tunggu...
Handy Pranowo
Handy Pranowo Mohon Tunggu... Lainnya - Love for All Hatred for None

Penjelajah

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Paranoid

24 April 2018   23:52 Diperbarui: 24 April 2018   23:57 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Malam yang menipu kehendak, bulan tersangkut mendung, sisa hujan meneteskan air mata meresap ke dalam tanah yang basah penuh darah. Sementara orang orang terlelap dalam bingung, kepastian esok hari menjadi teka-teki mimpi. Kapankah kiamat terjadi?

Kemelut dalam hati, gelisah akan hidup melarung terbawa angin hinggap di langit-langit kamar. Redup menghilang, timbul meregang. Pintu-pintu telah rapat terkunci, mata belum lagi terpejam, lampu-lampu termenung kedinginan sementara udara luar yang basah terhirup paru-paru yang kering.

Oh jiwa-jiwa yang tengah di sekap di lucuti kegelisahan, amarah terpendam menjadi bangkai penderitaan. Maka aroma busuk tercium terbawa angin yang berhembus kencang, hingga bayi-bayi berontak dari tetek ibunya, menolak kemapanan, menolak perubahan jaman.

Dan Tuhan tersingkir dari alam raya, manusia saling menerkam antar sesama. Kehidupan terpecah belah, perang semakin nyata di depan mata. Kapankah kiamat terjadi?


Malam yang menipu kehendak, bulan tersangkut mendung, sisa hujan meneteskan air mata. Aku terkesima di ujung masa.

Handy Pranowo

230418

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun