Lihat ke Halaman Asli

Hanan Wiyoko

Saya menulis maka saya ada

Soal Migor, Bu Mega Ajarkan Emak-emak Kurangi Ketergantungan

Diperbarui: 19 Maret 2022   02:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Prof. Dr (Hc) Megawati Soekarnoputri. Foto Kompas.

Bu Megawati sebetulnya mengajarkan emak-emak Indonesia untuk beralih dari kebiasaan memasak ke cara lain : merebus atau mengukus. Ini lebih sehat, juga hemat. Jadi jangan nyinyiri Bu Mega donk.

HARI ini di Twitter ada trending 'Bu Mega'. Hingga Jumat (18/3/2022) petang, ada 1.939 cuitan. Disusul trending lain adalah 'Menggoreng' dan 'Cak Nun' yang sampai ribuan cuit. Tiga trending tersebut saling berkaitan, yakni membahas soal mahalnya harga minyak goreng (migor) saat ini. Sebelumnya, harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah adalah Rp 14.000 per liter migor. Namun sejak 17 Maret 2022 kemarin, HET dicabut dan harga migor melejit menjadi Rp 24.000 per liter dan bahkan lebih tergantung daerah setempat.

Jagat twitter menjadi ramai lantaran berita migor digoreng oleh warganet (netizen). Subjeknya adalah pernyataan Bu Mega. Berikut kutipannya : 

"Sekarang kita lihat toh hebohnya urusannya beli minyak goreng . Saya sampai mengelus dada. Bukan urusan masalah tidak ada, atau mahalnya minyak goreng. Saya itu sampai mikir, jadi itu tiap hari ibu-ibu itu apakah hanya menggoreng, sampai sebegitu rebutannya. Apa tidak ada cara untuk apa itu namanya, merebus, lalu mengukus atau seperti rujak. Itu menu Indonesia lho. Kok njlimet begitu," kata Megawati dalam webinar yang digelar salah satu media nasional yang bertajuk "Cegah Stunting untuk Generasi Emas Indonesia", Kamis 17 Maret 2022 

Banyak netizen yang mengomentari miring pernyataan tersebut. Pernyataan yang disampaikan melalui potongan video pendek itu 'digoreng' dengan ditambahi macam-macam caption. Juga muncul meme-meme yang riuh menyoal apa yang disampaikan Ketua Umum PDIP Perjuangan. Seolah apa yang disampaiakan Bu Mega tidak betul, tidak peka penderitaan rakyat. Padahal kalau mau merenung, mahalnya minyak goreng bisa menjadi kesempatan untuk mengubah kebiasaan seperti yang dicontohkan Bu Mega. 

Ajakan Lebih Sehat

Apa yang disampaikan menurut saya sudah betul. Bahwa Bu Mega ingin agar terjadi perubahan pola mengolah masakan di tingkat rumah tangga. Umumnya, kita lebih banyak menyukai masakan olahan gorengan. Mungkin karena lebih terasa gurih, maupun kripsi. Sehingga hampir setiap hari tidak bisa lepas dari menu masakan yang diolah dengan cara digoreng.

Padahal seperti yang dicontohkan Bu Mega tadi. Ada pilihan cara yakni mengukus dan merebus. Maupun makan-makanan menu Indonesia yang tidak perlu digoreng. Misalnya, rujak dan lalaban.

Secara awam, menurut saya makanan dengan olahan non gorengan, sebetulnya lebih sehat. Misalnya menyantap jagung rebus, jagung bakar, ubi rebus, kacang rebus, dan lainnya. Masalahnya adalah karena kita tidak terbiasa. Bisa dikatakan, kita tidak bisa lepas dari masakan yang diolah dengan cara menggoreng. Paling sederhana tempe goreng, atau mendoan bagi orang Banyumas. Karena ketergantungan yang tinggi pada minyak goreng, kurang lebih satu keluarga kecil bisa menghabiskan lebih dari 4 liter.

Kiranya, pernytaan Bu Mega di atas bisa menjadi pemantik untuk mengubah kebiasaan. Caranya bisa dilakukan dengan adanya contoh dan gerakan nyata. Misalnya ajakan mengolah makanan dengan cara merebus, mengukus panganan sehat. Dengan cara iini, perlahan bisa menjadi alternatif ketergantungan pada masakan olahan minyak goreng. Apakah bisa? Harus dicoba.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline