Lihat ke Halaman Asli

Hanan Wiyoko

Saya menulis maka saya ada

Prihatin! Kok Tega Nyinyir ke Musibah KRI Nanggala-402

Diperbarui: 27 April 2021   07:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kompasiana

Etika bermedia sosial yang rendah ditengarai jadi muasal munculnya komentar nyinyir atas musibah subsunk kapal selam KRI Nanggala-402. Ayo warganet, kedepankan empati, tahan komentar miring atas terjadinya musibah. 

MUSIBAH tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 yang mengakibatkan 53 awak kapal meninggal adalah duka kita bersama. Telah gugur patriot prajurit Hiu Kencana dalam misi latihan penembakan di perairan utara Pulau Bali, 21 April 2021 dini hari. Musibah besar yang harus disikapi sebagai sarana evaluasi dan instrospeksi agar kejadian serupa tak lagi terulang.

Sungguh prihatin, di tengah musibah ini ada warganet yang memberikan komentar miring. Alih-alih ikut menyampaikan duka, warganet tak beretika justru membuat postingan bernada candaan yang tidak lucu dan menyinggung perasaan kita bersama. Terpantau ada 3 postingan tidak senonoh dari warganet diantara ribuan postingan duka cita.

Dari rangkuman berbagai sumber, komentar tidak senonoh dilontarkan oleh seorang oknum polisi di Polsek Kalasan, Yogyakarta, calon presiden fiktif Nurhadi di Kudus, Jawa Tengah, dan seorang pria di Belawan, Sumatra Utara. Unggahan mereka berbuntut panjang. Selain dikomplain dan dihujat oleh sesama warganet, masing-masing dari mereka dicari kepolisian untuk diminta keterangan dan meminta maaf.

Dari peristiwa ini menunjukkan masih rendahnya kepekaan sosial warganet terhadap peristiwa-peristiwa musibah yang menyita perhatian public. Perlunya dikedepankan etika bermedia sosial, diantaranya adalah sikap menunjukkan sikap empati (ikut merasakan) terhadap sebuah fenomena sebelum diunggah dalam postingan. Hindari membuat bahan lelucon atau meme dari sebuah peristiwa duka atau musibah.

Bersikaplah menujukkan kepedulian dengan membuat postingan berujar doa dan harapan, serta penghiburan bagi keluarga korban. Dengan mendepankan empati dan etika dalam bermedia sosial, niscaya dunia maya menjadi ranah digital yang nyaman. Ingat, di dunia maya jari-jarimu adalah harimaumu! (*)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline