Lihat ke Halaman Asli

Halima Maysaroh

TERVERIFIKASI

PNS at SMP PGRI Mako

Menjadi Perantara antara Suami dan Ibunya

Diperbarui: 12 Mei 2024   17:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi menantu dan ibu mertua sedang bercengkrama.(Dok. Shutterstock/Creativa Image via kompas.com)

Memiliki relasi yang terjalin baik dengan mertua merupakan anugerah terindah dalam sebuah hubungan keluarga yang terkait sebab pernikahan. Tidak sedikit yang tersebar hubungan buruk antara menantu dan mertua, terutama menantu perempuan dan ibu mertuanya. Entah ibu mertua yang semena-mena atau menantu perempuan yang tidak pengertian.

Hampir setiap konflik menantu dan mertua perempuan yang terekspos di media sosial, selalu ibu mertua yang terpojokkan. Kesannya ibu mertua galak dan tidak mengasihi. Padahal tidak menutupi kemungkinan juga ada para istri yang tidak memberi pengertian kepada suami untuk mengasihi dan berbakti pada ibunya.

Saya pribadi tinggal jauh dengan mertua. Saya di Maluku sedangkan mertua berdomisili di Pulau Jawa. Sangat jarang berjumpa, bahkan bisa bertahun-tahun lamanya baru bisa berjumpa kembali. Tetapi jarak tidak menyurutkan kami untuk tetap terhubung melalui komunikasi elektronik.

Sebagai menantu, saya dapat bersaksi bahwa mertua saya merupakan pasangan mertua ideal dan sangat pengertian. Tidak ada satu hal pun yang dituntut dari seorang menantu seperti saya. 

Bagaimana itu semua dapat terjalin? Tentu peran suami adalah yang paling menentukan kedudukan istri di hati kedua orangtuanya. Juga sebaliknya, peran suami pula dan menjadikan orangtuanya tetap terhormat di mata dan hati saya.

Menjadi perantara antara suami dan ibunya

Sejak tahun 2014, bapak mertua saya telah tiada. Sejak itu, tinggal ibu mertua yang menjadi sosok orangtua bagi suami. Orangtua satu-satunya inilah yang akhirnya menjadi fokus untuk dikasihi dan dihormati.

Tinggal jauh antara Maluku dan Jawa bukannya perihal mudah. Ada rasa rindu, tidak leluasa memberi dan lain sebagainya.

Dalam keterbatasan yang disebabkan oleh jarak, justru suami menjadikan saya perantara antara dia dan ibunya. Ketika melakukan panggilan telepon atau panggilan video, suami meminta saya yang melakukannya dari perangkat telepon genggam saya. Atau pun menggunakan telepon genggam suami, tetap saya turut ada saat melakukan panggilan telepon dan video. Sehingga saya seolah menjadi perantara terhubungnya antara suami dan ibunya.

Dengan menjadikan istri sebagai perantara koneksi antara suami dan ibunya, maka posisi istri bukanlah sekat yang memisahkan suami dan ibunya. Banyak kasus seorang suami jadi sulit terhubung dengan ibunya setelah menikah. 

Sebab suami terlalu sibuk dengan rumah tangga. Suami saya tidak mau itu terjadi. Justru jika adalah perlu dengan ibunya, saya diturutsertakan dalam komunikasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline