Lihat ke Halaman Asli

Hairil Suriname

Institut Tinta Manuru

Sebebas Samudera di Bibir Pasifik

Diperbarui: 27 Januari 2018   23:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi Pribadi

Kembali kepada suatu yang bebas bukan berarti membanggakan diri, semuanya adalah kesempatan terurai dalam nilai dan kekayaan kepunyaan Pencipta

Disini, bibir pasifik ditimur Indonesia menyuguhkan banyak warna yang terangkai dalam hal yang menakjubkan. Hanya dapat dilihat oleh mata yang ikhlas dan tanpa keluh sedikitpun.

Hari pertama sampai menginjakkan kaki dibibir pasifik Kab Kepulauan morotai. Sebelumnya, berangkat dari timur jakarta menuju bandara soekarno hatta. Pukul 01.00 wib melakukan cek in.

Pesawat baru bisa take off pada pukul 02.30 wib. Kurang lebih empat jam mengudara. Bandara Babullah sultan ternate sudah terlihat memanjang saat pesawat menuju bebas kelandasan pacu.

Tiga puluh menit dikota ternate tak memberikan sedikit kenangan, adalah kesengajaan. Melanjutkan berjalanan menuju pelabuhan speed boat ternate melintasi ke kotaku (Kota Tidore)

Rumah adalah kenyataan yang terbeli setelah kurang lebih dua tahun bermimpi ditanah pahlawan (Jakarta). Disambut oleh wanita yang memiliki rahim terkuat menampung anaknya. Oleh seorang pemimpin keluarga yang tangguh.

Mereka adalah orang tua terbaik bagiku. Hanya beberapa jam. Buatku, waktu bukanlah suatu yang berarti. Sebab Tuhan menghadirkan kebahagian dari cara mempertemukan anak dan orang tuanya.

Empat jam bercengkerama bersama keluarga adalah kesempatan emas. Buatku, pergi untuk kembali masih belum memiliki kenyataan yang pasti. Ini hanya jalan-jalan, bukan kembali yang sesunghuhnya.

Pukul 16.00 wib berpamitan, menuju pelabuhan sped boat kembali melintasi laut menuju ternate. Dipelabuhan A. Yani, haluan tranportasi laut KM Geovani memecahkan gelombang samudera melaju kebibir pasifik Kab. Pulau Morotai.

Koleksi Pribadi (Laut diantara Pulau Morotai)

Kurang lebih dua belas jam perjalanan, kadaan terasa berhenti. Kejauhan memang bukan sebagai pantangan sebab doa adalah keluatan mulia dan terbaik dari semua kekuatan yang ada untuk kita.

Daruba - Morotai, kaki melangkah kepelabuhan adalah momen terasik. Karwna mimpi untuk keliling pulau, belah samudera dibibir pasifik, arus, ombak, angin dan badai adalah cara terbaik menguji anak-anak nelayan.

Hari kedua di Kab. Pulau Morotai, perjalanan kebeberapa desa yang ada barisan pulau-pulau sudah nyata adanya. Sped boat dua mesin membelah samudera dengan sangat gesit. Masinis adalah kendali utama kemana arah kita tuju.

Koleksi Pribadi

Desa wayabula, posi-posi rao, samiyamau, tiley, sopi, ciodalam, ciomaloleo dan ciogerong adalah beberap desa pertama yang dikunjungi.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline