Lihat ke Halaman Asli

Hairatunnisa

Pembelajar

Potret Kehidupan Perkotaan dalam Gerak Lambat

Diperbarui: 6 Januari 2022   06:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto karya  Garry Andrew Lotulung, yang mengabadikan kemacematan di jalanan perkotaan  (Sumber: Kompas.com/Garry Andrew)

Sore itu dengan langkah berat saya berjalan dari gerbang utama kampus yang berada di Jalan Ganesha menuju Jalan Tamansari untuk mencari angkutan umum. 

Tidak seperti biasanya, kali ini saya berencana untuk menggunakan moda transportasi masal seperti angkot. Padahal biasanya saya lebih memilih untuk menggunakan ojek online untuk melayani kebutuhan mobilitas sehari-hari. 

Akan tetapi hari itu justru paket data internet saya telah habis, apa daya gawai peranti yang dinamakan 'smartphone' ini tetiba kehilangan sifat 'smart-nya' tatkala tidak terkoneksi ke jaringan internet. 

Alhasil, saya tidak dapat melakukan pemesanan secara online dan 'terpaksa' beralih menggunakan moda transportasi umum. Pupus sudah harapan untuk segera sampai ke rumah untuk melepas lelah.

Namun di tengah situasi 'sulit' tersebut, saya mencoba mencari alasan untuk tetap bersyukur seperti tabiat masyarakat Indonesia pada umumnya. Di tengah tatanan sistem yang kini apa-apa serba cashless, untungnya saya sedia uang cash yang nantinya diperlukan untuk membayar tarif angkot.

Hal ini penting mengingat apabila terjadi black out secara mendadak, maka mesin ATM pun hanya seonggok mesin tidak berguna karena tidak dapat digunakan untuk menarik uang. 

Alhasil, kita seketika bisa merasa seolah 'tidak ber-uang' ketika tidak mampu melakukan transaksi tunai. Ternyata sejauh apapun kemajuan teknologi telah berhasil membawa berbagai kemudahan dalam peradaban manusia modern, di sisi lain cara-cara konvensional tetap selalu dibutuhkan, khususnya di situasi-situasi tidak terduga seperti yang saya alami.

Namun ada hal lainnya yang turut saya syukuri atas kejadian tersebut. Kejadian itu memaksa saya untuk meluangkan waktu untuk menyaksikan potret fenomena umum 'kemacetan di perkotaan' dalam gerak lambat yang selama ini luput dari penglihatan. 

Telah terbiasa bergerak cepat dengan menggunakan moda transportasi ojek online mengakibatkan saya abai memperhatikan kondisi jalanan. Hal ini dikarenakan motor yang saya tumpangi selalu mampu bergerak lihai di tengah kemacetan. 

Alhasil saya selalu tiba di tujuan dalam waktu relatif singkat. Namun, saya mengalami pengalaman yang amat berbeda tatkala menyaksikan fenomena yang sama dalam bingkai gerak lambat ketika menumpang angkutan umum.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline