Lihat ke Halaman Asli

Hadi Peristiwo

Passion di Bidang Halal Tourism

Pariwisata Halal dan Gastronomi

Diperbarui: 24 Maret 2021   09:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wisata. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dewasa ini sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam menunjang perekonomian suatu Negara. Sektor pariwisata Indonesia sendiri sudah berkontribusi kira-kira 4% dari total perekonomian dan menurut laporan Indonesian Investment, pemerintah Indonesia ingin meningkatkan angka dua kali lipat menjadi 8% dari Product Domestic Bruto (PDB). Salah satu sektor yang memainkan peranan penting dalam perekonomian nasional karena dianggap sebagai salah satu kontributor pertumbuhan lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi adalah sektor pariwisata halal. Pariwisata halal disepakati menjadi suatu kekuatan komersial yang kuat.

Salah satu aspek dalam mendukung pariwisata halal tersebut adalah gastronomi. Secara definisi, gastronomi dan pariwisata mempunyai batasan pengertian yang berbeda. Kata gastronomi sendiri berasal dari bahasa Yunani Kuno, yaitu “Gastronomia” Kata “gastro“ berarti perut atau lambung, sementara “nomia” berarti aturan atau hukum. Jika melihat pada definisi tersebut, maka kita dapat artikan secara sederhana dan umum bahwa gastronomi adalah ilmu yang mempelajari aturan yang terkait dengan lambung atau perut.

Namun, di dalam perjalanan perkembangannya, gastro tidak hanya berarti perut atau lambung. Beberapa ilmuwan mengartikan gastro sebagai makanan. Karena pada dasarnya, makanan adalah sesuatu yang paling intim dengan perut. Jika perut sakit, itu artinya ada yang salah dengan makanan yang dimakan. 

Jika perut lapar, itu artinya perlu makanan untuk membuatnya kenyang. Begitu juga sebaliknya, beberapa makanan tidak boleh dikonsumsi karena akan membuat perut sakit atau tidak nyaman. Antara perut dan makanan sudah membentuk hubungan sebab dan akibat yang dapat dijelaskan secara ilmiah. Sehingga, tak salah jika kata “gastro” juga diartikan sebagai makanan.

Jean Anthelme Brillat-Savarin dalam bukunya yang berjudul The Physiology of Taste: Or Meditations on Transcendental Gastronomy menyebutkan bahwa Gastronomi adalah ilmu yang mempelajari apa pun yang bisa dimakan oleh manusia atau apa pun yang bisa memenuhi hasrat kebutuhan manusia untuk makan. 

Tujuannya adalah untuk mempertahankan keberlangsungan hidup dari generasi ke generasi melalui konsumsi makanan yang terbaik. Tampak terlihat bahwa Savarin merasa cemas bahwa mengkonsumsi makanan yang tidak baik akan mempercepat kematian dan membuat manusia punah.

Keterkaitan antara gastronomi dan pariwisata juga menjelaskan tentang keterkaitan antara budaya dan makanan, sedangkan pariwisata adalah aktivitas perjalanan di luar tempat tinggalnya dengan tujuan tidak untuk menetap. Dapat dikatakan gastronomi dan pariwisata merupakan dua bidang ilmu yang multidisiplin. 

Jadi, dalam hal ini kemungkinan untuk saling mendukung, sangat terbuka. Kata kunci yang menghubungkan antar keduanya sendiri adalah “budaya”. Gastronomi menganggap makanan sebagai produk budaya dari kelompok masyarakat tertentu, sementara disisi lain pariwisata memberikan kesempatan yang luas pada stakeholders di suatu wilayah atau destinasi untuk dapat menikmati berupa lanskap dan budaya yang unik, akomodasi, transportasi dan  tentu saja makanan.

Jika dikaitkan dengan pariwisata halal maka kegiatan pariwisata yang dilakukan adalah menikmati (mengkonsumsi) segala bentuk makanan yang tersedia pada suatu destinasi wisata namun dibalut dalam esensi syariah. 

Esensi syariah disini tidak hanya mengkonsumsi makanan dan minuman dalam konteks halal, halal disini juga dijelaskan mengapa makanan tersebut dikatakan halal, thayyib serta layak untuk dikonsumsi. Terdapat korelasi yang positif antara gastronomi dan pariwisata halal yaitu keduanya concern membahas tentang makanan terbaik yang disajikan kepada wisatawan yang berkunjung pada suatu destinasi wisata.

Dalam suatu aktivitas wisata, makanan adalah pusat pengalaman karena wisatawan akan selalu butuh makan di mana pun mereka berada. Gastronomi memberikan nilai tambah bagi wisatawan melalui pengalaman berwisata, sementara pariwisata ikut berperan dalam menjaga keberlangsungan makanan terutama pada makanan lokal. Dapat dikatakan dari perspektif ekonomi bahwa gastronomi dan pariwisata halal sebagai suatu bentuk kolaborasi yang ideal, dimana pariwisata halal juga dapat membantu meningkatkan pendapatan masyarakat melalui pengembangan gastronomi di waktu yang bersamaan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline