Lihat ke Halaman Asli

Indonesiaku Kaya, tetapi Sengsara

Diperbarui: 24 Juni 2016   10:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Bagaimana mungkin Indonesia yang memiliki kekayaan alam, sumber daya manusia yang hebat, ragam budaya yang melimpah bisa terpuruk seperti ini ? bagaimana mungkin program –program pembangunan lima tahunan yang menguras sumber daya alam, tenaga berjuta-juta petani dan buruh, sampai-sampai mengadaikan generasi lewat utang luar negeri dan lelang berbagai aset BUMN yang bermuara pada kebangkrutan negara ini ? Aksi “reformasi” oleh para aktivis mahasiswa yang pernah kita banggakan menggeser kekuasaan 32 tahun pada tahun 1998 dengan tawaran sejumlah harapan, namun ternyata tidak kunjung membawa hasil yang signifikan dari harapan tersebut di hari ini. keadaan semakin buruk bahkan semakin parah dengan pukulan keras dari berbagai sudut dan faktor baik politik yang semakin lepas kendali, ekonomi dan isu-isu kemananan manusia.  

Indonesia banyak muncul di televisi-televisi nasional bahkan Internasional, namun bukan sebagai negara yang dipenuhi cerita sukses tentang pengelolaan negara yang baik dan benar dengan sumber daya alam yang berlimpah. Sementara itu, di mata dunia Indonesia dikenakan peringkat oleh lembaga-lembaga pemantau internasional yang memperjelas carut marut yang sedang terjadi bahwa Indonesia saat ini sedang sakit bahkan sekarat. Sekarang, segala macam masalah tertumpuk di satu meja menjadi PR yang harus diselesaikan : masalah kemiskinan, pengangguran, kelaparan, penyakit menular, kebodohan, narkotika, pembunuhan, korupsi, premanisme, sektarianisme dan masalah yang paling parah adalah Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) merajalela.

Tanpa kita sadari, neoliberalisme yang merupakan inti dari ideologi dan kiprah globalisasi telah merasuki sistem kita. Walau kata neoliberlisme masih asing dan belum sepopuler yang sering kita dengar yaitu “komunisme” atau “kapitalisme”, namun walau masih asing bagi kita dampak dari neoliberalisme sendiri telah mempengaruhi entah itu ekonomi, politik, kebudayaan kita dan lain-lain. Neoliberalisme tidak hanya mengacu pada sebuah referen baru tetapi juga membelah orang-orang menjadi kelompok-kelompok : pendukung, penerima, pengagum, penolak, bahkan orang-orang yang tidak bersikap.

Neoliberalisme merupakan sebuah hal yang baru dengan bukti baru dibicarakan sekitar 10-15 tahun terakhir oleh kalangan-kalngan tertentu. Dengan adanya neoliberalisme, orang melihat sebuah gerakan baru yang belum pernah terlihat sebelumnya yaitu adanya gerakan yang serentak mengarah kepada pemujaan pasar (Fundamentalisme pasar). Orang-orang ini percaya bahwa tidak hanya produksi, distribusi dan konsumsi yang tunduk terhadap hukum pasar, tetapi seluruh kehidupan. Dikenal istilah “mekanisme pasar” yang tidak hanya dipakai untuk mengatur ekonomi sebuah negara tetapi juga untuk mengatur ekonomi global. Sebuah produk tidak hanya dipasarkan dalam negeri, tetapi juga harus di pasarkan ke luar negeri. Begitu juga dengan investasi yang bukan hanya ditanamkan secara lokal tetapi juga harus masuk ke seluruh pelosok bumi mengikuti hukum supply and demand.Ini menyebabkan istilah “political economy”ditinggalkandan sekarang orang-orang menyebutnya dengan istilah “international political economy”.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline