Lihat ke Halaman Asli

Leonardi Gunawan

TERVERIFIKASI

Karyawan

Angka 0, 1, dan 2 di Pilpres, Perlukah?

Diperbarui: 28 September 2018   08:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(tribunnews.com)

Pengundian nomor urut pasangan calon presiden dan wakil presiden untuk pemilihan presiden 2019 telah dilaksanakan beberapa hari yang lalu. KPU sebagai badan penyelengga pemilu di Indonesia membuat acara yang boleh dibilang "mewah" untuk acara sekedar pencabutan nomor undian. 

Pertanyaan selanjutnya adalah seberapa urgensi dan pentingkah acara tersebut digelar, kalau mau lebih tajam lagi, perlukan para pasangan calon ini di labeli nomor?

Pertimbangan pelabelan nomor urut dalam pemiihan kepala daerah ataupun kepala negara mungkin adalah mempermudah untuk mengingat dan juga mempermudah bagi para pemilih. Bagi para calon, nomor urut ini mempermudah mereka dalam mempromosikan diri. Nomor urut tersebut lantas menjadi semacam "brand" yang akan melekat sampai hari pemilihan.

Kembali ke pokok bahasan utama diatas, perlukah seorang calon pemimpin tersebut dilabeli penomoran seperti sekarang? Toh bukankah di kertas suara nanati sudah ada nama mereka, lalu ada foto mereka (berwarna lagi) dan pasangannya pun cuma dua pasang. Tidak lebih.

Penomoran untuk pemilihan pemimpin negara ada baiknya dikaji ulang, beberapa hal yang dapat mejadi pertimbangan:

1. Pemborosan Biaya

Dari mulai acara pencabutan nomor yang inti acaranya tidak sampai 10 menit, Negara harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, hitung saja. Dari pengamanan, karena Presiden yang datang otomatis pengamanan harus VVIP, ditambah para ketua umum partai yang sebagian besar juga pejabat, persiapan acara (dekor ruangan, makanan, dll).

Belum lagi biaya para relawan, memang biaya mereka sendiri tetapi jelas itu suatu hal yang tidak terlalu penting. Ditambah lagi acara TV yang semuanya ramai -- ramai membahas hal tersebut, seolah -- olah maha penting acara pengundian nomor, acara inti 10 menit, talkshownya bisa 3 jam (1 stasiun televisi).

Setelahnya itu tentunya pembuat alat peraga yang "wajib" mencantumkan angka keramat masing masing pasangan. Baik dibaju, jaket, topi, baliho dan lain sebagainya. Plus juga di angka tersebut di kertas suara. Bayangkan banyaknya yang harus disablon. Mungkin terlalu berlebihan tetapi coba hitung berapa tinta yang dipakai gara gara penambahan nomor urut saja.

2. Membatasi Kreativitas

Dengan adanya nomor tersebut, seolah -- olah kreativitas menjadi terhambat, apalagi nomor harapan tidak sesuai dengan yang keluar. Bisa saja para pendukung Jokowi inginkan nomor 2 (lebih mudah bilang dua periode dalam kampanyenya).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline