Lihat ke Halaman Asli

Syabar Suwardiman

Bekerjalah dengan sepenuh hatimu

Cerita Rakyat "Si Leungli": Hidup Harus Sabar dan Jangan Serakah

Diperbarui: 10 Januari 2021   03:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Si Leungli dan Nyi Rarang

Cerita rakyat yang akan diceritakan di awal tahun 2021 adalah "Si Leungli".  Leungli adalah ikan mas piaraan Si Bungsu Nyi Rarang. Cerita rakyat ini ada beberapa versi, setidaknya saya membaca dua versi.

Cerita rakyat tentang  Nyi Rarang yang akan saya ulas adalah versi kedua.  Cerita versi ini menurut saya lebih logis.  Relevan juga dengan kehidupan masyarakat sekarang.

Nyi Rarang adalah bungsu dari 3 bersaudara, semuanya perempuan. Nyi Rarang meskipun tinggal di sebuah gubuk sederhana tapi hatinya dermawan. Sementara kakaknya sudah menjadi orang kaya, tetapi keduanya memperlakukan adik bungsunya seperti seorang buruh. Di suruh bekerja dan jarang dihargai dengan layak. Sampai suatu hari Nyi Rarang kedatangan musafir satu keluarga yang kelaparan dan akhirnya dijamu dengan seadanya. Sehabis makan musafir itu menyatakan bahwa rejeki Nyi Rarang ada di sungai kecil yang lewat belakang rumahnya.

Setelah tamunya pergi Nyi Rarang mengambil jaring dan melemparkan ke sungai kecil tadi dan ia mendapatkan berbagai jenis ikan, tapi ia tertarik dengan ikan mas kecil. Itulah yang ia ambil. Ikan ini kemudian diberi nama si Leungli. Ikan inilah yang menghibur keseharian dirinya. Nyi Rarang selalu gembira meskipun diperlakukan kasar oleh kedua kakaknya.

Singkat cerita si Leungli menjadi besar seukuran bayi dan menggemaskan.  Ini tidak lain karena Nyi Rarang selalu membagi berdua dengan Si Leungli upah makanan yang didapat dari bekerja di kakaknya. Diberi sedikit atau banyak ia selalu gembira. Wajahnya diliputi senyum dan nyanyian kegembiraan.  Kakaknya yang merasa heran dengan sikap adiknya yang selalu cepat cepat pulang kemudian mengikuti ke rumahnya dan kemudian menjadi tahu sumber kegembiraan itu karena adanya si Leungli.

Kakaknya kemudian bersekongkol untuk mengambil si Leungli dengan menjebak Nyi Rarang, yaitu di suruh belanja ke pasar yang jauh.  Itu membuat mereka leluasa untuk menangkap si Leungli. Mereka kemudian menggoreng ikan itu dan menyisakan kepalanya untuk Nyi Rarang sebagai upah.

Ketika pulang dari pasar dan mendapatkan bungkusan nasi dengan kepala ikan, perasaan Nyi Rarang sudah tidak karuan dan matanya secara reflek menangis. Ternyata benar sampai di rumah kolam sudah kering dan si Leungli sudah tidak ada. Karena yakin bungkusan tadi adalah kepala si Leungli, Nyi Rarang menguburkan kepala ikan tadi di belakang rumahnya. Tentunya dengan perasaan sedih tak terperikan.

Keesokan harinya ia mempertanyakan hal itu kepada kedua kakaknya, tapi jawabannya sangat menyakitkan. Ia dituduh lebih mementingkan ikan daripada hubungan saudara. Sejak saat itu hubungan mereka putus.

Ternyata kuburan si Leungli menghasilkan emas, dalam waktu singkat Nyi Rarang menjadi kaya raya. Tetapi ia tetap berehan alias murah hati. Sebagian besar hartanya dipakai menolong orang miskin di desanya. Penduduk desa sangat hormat dan menyayangi Nyi Rarang.

Perubahan kehidupan Nyi Rarang akhirnya sampai pada kedua kakaknya. Mereka pun mendatangi Nyi Rarang dan dengan penuh sikap kasih sayang palsu meminta maaf dan berbasa-basi bahwa mereka sangat sayang pada adiknya. Padahal sebenarnya kepo dari mana Nyi Rarang mendapatkan kekayaannya. Sampai rela menginap di rumah Nyi Rarang yang pernah disakitinya, padahal memang rumahnya sudah layak juga.

Pada suatu kesempatan kedua kakaknya menanyakan asal kekayaan Nyi Rarang, dan karena berhati bersih semuanya diceritakan dengan jujur oleh Nyi Rarang. Tengah malam saat semua tertidur kedua kakaknya mengendap menghampiri pohon emas tadi dan menyanyikan lagu kesenangan si Leungli yang biasa dinyanyikan Nyi Rarang. Nyanyian itu agar pohonnya berbuah emas banyak. Dengan siaga mereka menunggu di bawah dan siap siap menerima jatuhan pohon emas, tetapi yang terjadi saat jatuh emas itu berubah menjadi buah berduri dan melukai keduanya. Karena malu mereka kemudian pulang tanpa pamit. Tamat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline