Lihat ke Halaman Asli

guntursamra

Abdi Masyarakat

Puisi | Menggenggam Kabut di Matanya

Diperbarui: 14 Mei 2020   00:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: infopublik.id

Anak kecil yang menggenggam kabut di matanya, di seberang jalan di depan emperan sebuah toko, meletakkan kepalanya di atas ubin-ubin kerisauan malam tadi. 

Di sampingnya, di dekat kepalanya itu, adiknya yang hampir seumuran dengannya, duduk di atas lipatan kecemasan. Sambil menatap kesenjangan yang kemarin disembunyikan gerimis, kedua tangannya sibuk merapikan kardus yang diambilnya dari tong-tong sampah siang tadi. Sebagian untuk dijual, sebagiannya lagi untuk alas tidurnya malam nanti. 

Malam kian larut. Kedua anak kakak beradik yang dilupakan orang tuanya itu masih sibuk bermain di atas kardus. Tawa dan canda dari bibirnya masih terdengar di sepotong malam yang belum tuntas.

Tiba-tiba sang kakak terdiam, mungkin telah puas bermain mungkin pula sudah lelah. 

Entahlah..

Yang jelas, beberapa menit kemudian, kedua anak yang menggenggam kabut di matanya itu, tertidur pulas dibuai mimpi.  

Sambil meremas kesenjangan dari kedua tangannya yang terkepal, dipeluknya asa didekapnya harapan, di sini, di atas kardus di depan emperan sebuah toko malam tadi.

Sinjai, 13 Mei 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline