Lihat ke Halaman Asli

Kompasianer METTASIK

TERVERIFIKASI

Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Perlindungan Sejati, Mudah Diucapkan, Sulit Dilakukan

Diperbarui: 27 Januari 2023   05:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perlindungan Sejati, Mudah Dilafalkan, Sulit Dilakukan (gambar: viva.co.id, diolah pribadi)

Sebagai manusia, kita tentunya mempunyai ketakutan-ketakutan dalam menghadapi hidup ini, oleh karena itu kita berusaha untuk mencari perlindungan agar kita selamat dari permasalahan atau bencana. Kita mencarinya ke segenap penjuru dengan segala daya upaya. Perasaan takut datang,  tercipta dari keinginan-keinginan, ketidak-tahuan bermuara   kegelapan batin berlumur Lobha, Dosa dan Moha.

Lobha membuat kita terlahir di alam peta, dosa akan mengirim kita ke alam neraka, moha menyebabkan kita terlahir di alam binatang, semuanya terasa begitu mengerikan jika dibayangkan apalagi kalau harus kita alami. Sungguh sangatlah sulit agar kita dapat terlahir di alam manusia.   Begitu sulitkah? Ya ... sungguh-sungguh teramat sulit kalau hati dan pikiran kita masih dipenuhi kekotoran batin, kita akan terus berputar-putar dalam roda samsara.

Apakah ada jalan untuk mendapatkan Perlindungan Sejati untuk diri kita, kemana kita harus mencarinya? Keluar masuk Vihara, memasang segenggam dupa, berjunjung jari dihadapan Rupang Buddha, atau melantunkan Paritta seperti orang sedang kumur-kumur? Atau, berburu Amulet untuk perisai diri? Mengapa kita begitu tidak percaya diri sehingga harus mencari perlindungan dari luar diri kita?

Seperti yang pernah kudengar dari ceramah Bhante Uttamo dengan menjalankan Pancasila Buddhis, berarti kita berlindung pada Sang Tiratana, kedengarannya begitu mudah, tetapi benarkah demikian? Ke-lima sila yang dapat kita jadikan perlindungan diri memang sangat mudah dihafalkan, lancar diucapkan, tapi benarkah demikian adanya, bisakah kita menjalankannya dengan baik dan sempurna? Tidak se-simple itu kawan.  

Ayo mari kita bedah satu persatu dan belajar jujur pada diri sendiri, benarkah kita sudah melaksanakan Sila dengan baik dikehidupan kita sehari-hari?

Sila pertama : Aku bertekad melatih diri menghindari pembunuhan makhluk hidup.

Kita dapat menghindari pembunuhan apabila kita dapat menghargai kehidupan dan menyadari semua makhluk berhak untuk hidup, namun apa yang kita lakukan terhadap binatang-binatang kecil yang tak berdaya, seperti nyamuk misalnya, tangan ini lebih sering bertindak tanpa aba-aba, kita begitu cekatan.

Menepuk seekor nyamuk yang hinggap di anggota tubuh kita tanpa rasa belas kasih, padahal serakus-rakusnya nyamuk itu mengisap darah kita, tidak akan dapat menyengsarakan diri kita. Paling banter ada rasa gatal, yang segara hilang jika diolesi minyak kayu putih. Semua ini karena kebencian lebih mengakar daripada rasa cinta kasih, oh ... betapa sadisnya engkau wahai manusia.    

Sila kedua: Aku bertekad melatih diri menghindari mengambil barang yang tidak diberikan alias mencuri.

Ini lebih sering terjadi tanpa kita sadari, hal-hal sepele yang dapat menjuruskan kita keperbuatan mencuri, seperti saat kita memerlukan sesuatu milik orang lain, walaupun kita kembalikan, tetapi kita telah memakainya tanpa izin si pemiliknya. Kadang kita melakukannya dengan santai dan merasa sah-sah saja.

Sila ketiga: Aku bertekad melatih diri menghindari perbuatan tidak suci

Perbuatan tidak suci, bisa dilakukan oleh pikiran, sedetik saja terlintas pikiran kotor, bisa membuat kita melanggarnya, maka setiap saat kita harus menjaga pikiran dan melatihnya untuk selalu sadar akan apa yang kita lakukan saat ini.

Sila keempat: Aku bertekad melatih diri menghindari ucapan yang tidak benar.

Aha ... ini yang paling sering kita langar, disaat bercanda kita bisa asal berucap, mungkin juga terselip bualan-bualan yang tak perlu, sedangkan disaat kita marah akan terucap kata-kata kasar, lalu tanpa kita sadari tersemburlah dari mulut kita, koleksi binatang-binatang dari yang bisa dipites sampai yang dapat mengonggong, sungguh sulit menjaga lidah yang tak bertulang ini melakukan aksinya.

Sila kelima: Aku bertekad melatih diri menghindari minuman keras yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline