Lihat ke Halaman Asli

grover rondonuwu

Aku suka menelusuri hal-hal yang tersembunyi

Pilkada DKI: Masyarakat Rational vs Masyarakat Emosional

Diperbarui: 18 April 2017   16:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pendukung Ahok Djarot adalah masyarakat yang rational. Mereka memutuskan mendukung Ahok Djarot karena melihat kinerja yang dihasilkan petahana.

Kinerja itu adalah kemampuan menyusun program yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, serta kemampuan mengeksekusi, menerjemahkan program-program itu sesuai dengan target-target yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sedangkan pendukung Anies-Sandi umumnya datang dari masyarakat yang emosional. Mereka mendukung Anies Sandi berdasarkan ikatan primordial, misalnya karena agama yang sama atau janji-janji politik yang menyenangkan tapi utopis.

Keputusan yang emosional itu lahir dari dorongan rasa takut, rasa keterasingan atau kegembiraan yang berlebihan. Contohnya, kami harus meilih Anies-Sandi karena, jika saya mati atau keluarga saya mati, maka jasad saya atau jasad keluarga saya tidak akan di Salati.

Contoh lain lagi, jika saya pilih Anies-Sandi maka saya yang numpang dirumah mertua ini, akan mendapat rumah yang bagus dengan tanpa uang muka, dan tanpa membayar bunga cicilan.

Emosional itu takut terhadap intimidasi dari suatu kekuatan yang sebenarnya tidak nyata. Atau cepat percaya pada iming-iming yang palsu.

Orang emosional itu hidup dalam halusinasi. Karena realitas itu keras dan pahit. Untuk mengatasi realitas yang keras dan pahit itu, maka dia hidup dalam mimpi-mimpi indah, seolah-olah mimpi itu fakta adanya.

Anies-Sandi tentu saja adalah orang-orang yang sangat rational. Mereka sangat kenal perilaku masyarakat kita yang umumnya emosional itu.

Tapi mereka tidak membelokkan masyarakat emosional kearah yang lebih rational. Mereka justru memanfaatkan situasi emosional itu, bahkan lebih mempertajam emosi rakyat, melalui intimidasi dan janji-janji indah yang menghibur, tapi tidak realistis.

Tujuannya jelas, supaya masyarakat tergantung pada mereka. Supaya masyarakat mempercayakan sepenuhnya ketakutan dan ketidak mampuan mereka kepada kekuasaan Anies Sandi.

Sementara Ahok-Djarot justru membelokkan masyarakat yang emosional itu kearah yang lebih rational, dengan sengaja, dan demonstrative.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline