Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Kurangi Jarak, Turunkan Smartphonemu

Diperbarui: 15 Maret 2020   12:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Smartphone oleh Bryan Santos - Foto: pixabay.com

Sering kita alami dan saksikan, seseorang yang kita ajak ngobrol tetiba menengok HP-nya. Tidak ada larangan untuk hal, saya tahu. Namun juga bukan berarti obrolan harus terganggu dengan notifikasi. Yang aktivitas ini kadang memutus durasi dan keseriusan sebuah obrolan. 

Berkomunikasi lisan antar dua orang atau lebih adalah bertukar makna, gestur, dan tuturan. Tentu ada jarak antar komunikan seperti spasial, usia, dan sosial. Semakin berkurang jarak berarti semakin dekat, serius dan intim suatu percakapan.

Spasial berarti jarak proksimal tubuh antar pembicara. Dengan semakin dekat jarak antar tubuh, berarti semakin intim obrolan. Jarak usia mengacu kepada perbedaan senioritas. Dengan semakin tua seseorang, semakin berbeda cara bertutur dan mengolah gestur. 

Jarak sosial disimbolisasi dengan pangkat, jabatan, dan pakaian. Semakin tinggi jabatan dan pangkat lawan bicara, juga semakin bagus pakaian seseorang. Tuturan dan gestur dikondisikan sedemikian rupa.

Smartphone bisa dikaitkan dengan jarak sosial. Merek atau brand smartphone yang dimiliki seseorang berpengaruh kepada kesan pertama. 

Smartphone Apple bagi kebanyakan orang Indonesia dianggap elit. Dengan kepemilikan varian Apple terbaru menandakan kemapanan ekonomi dan cakap teknologi.

Cara berinteraksi kita dengan smartphone menciptakan jarak. Semakin sering menengok dan berkutat dengan smartphone. Orang tersebut kita anggap sebagai orang sibuk, memiliki banyak relasi, dan mempunyai banyak pengaruh dan followers

Maka smartphone memiliki simbolisasi jarak yang unik cukup signifikan. Secara sosial, kepemilikan brand dan interaksi dengan smartphone berefek pada jalannya obrolan. Dan tak jarang, ada efek negatif yang ditimbulkan jika penggunaan smartphone dilakukan saat percakapan berlangsung.

Smartphone pun tidak mengusung medium interaksi lisan, tapi tulisan. Interaksi medium tulisan memiliki keterbatasan seperti minimnya gestur, tidak ada intonasi suara dan makna, serta kurangnya pembacaan mimik wajah.

Keterbatasan interaksi medium tulisan via smartphone ini diatasi dengan beragam social gesture seperti tombol like, heart, retweet, share, sticker, dan foto. Namun tetap, social gesture macam ini tidak mampu mengganti dan menjamin dinamika dan kompleksitas gestur, tuturan, dan mimik wajah.

Menciptakan jarak dan mengganti medium komunikasi menjadikan smartphone entitas disruptif. Smartphone yang digunakan saat bercakap-cakap dapat berarti:

  • Obrolan kurang menarik minat salah seorang pelaku percakapan
  • Obrolan tidak menunjukkan kedekatan dan keintiman pelaku percakapan
  • Obrolan sudah tidak mungkin dilanjutkan lebih jauh
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline