Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Ibu-Ibu Militan dan Hoaks Door-To-Door

Diperbarui: 26 Februari 2019   12:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu-Ibu Militan Pepes Kubu 02 dari Karawang yang Dianggap Berkampanye Hitam - Foto: kumparan.com

Mari sejenak kita fahami bersama fenomena hoaks door-to-door oleh tiga ibu di Karawang. Berdasar preferensi politik, penyebaran hoaks door-to-door ini nyatanya memiliki potensi konflik sosial. Walau latensi hoaks online kini mungkin sudah terpolarisasi nyata dan tumbuh subur di sosmed atau grup chat.

Apa yang dilakukan 3 orang ibu-ibu 'militan' ini dianggap sebagai kampanye hitam. Dengan mengetuk pintu beberapa rumah di Karawang. Ibu-ibu ini menyampaikan kabar dalam bahasa Sunda yang terjemahannya kurang lebih:

Kalau Jokowi menang, suara azan akan dilarang. Perempuan dengan perempuan akan menikah. Lelaki dengan lelaki pun begitu.

Apa yang disampaikan ketiga ibu tadi sebenarnya hoaks. Dan ada yang menarik dari model persebarannya secara offline atau door-to-door ini. Dari fenomena ini sebenarnya bisa kita tarik beberapa proposisi:

  1. Hoaks politik sudah menggerakkan relawan secara offline
  2. Terbentuk hiperpolarisasi partisan yang nyata saat Pilpres
  3. Latensi bahaya hoaks bernuansa politik  secara online
  4. Literasi media dan digital berada pada titik kritis

Beberapa poin diatas hanyalah proposisi atau asumsi saya semata. Dengan tidak mendiskreditkan salah satu kubu Pilpres. Poin-poin di atas bisa terjadi baik pada kubu 01 atau kubu 02. Maka poin terakhirlah yang kini harus menjadi perhatian kita maupun pemerintah.

Pergerakan door-to-door relawan ibu-ibu di Karawang tadi adalah contoh poin pertama. Bisa jadi fenomena ini hanya satu diantara model kampanye hitam yang banyak terjadi di masyarakat. Dengan kata lain, ini adalah fenomena gunung es.

Apa yang dinarasikan 3 orang ibu relawan militan tadi bukan sekadar kampanye hitam. Namun lebih cenderung pada disinformasi. Dan informasi soal pelarangan azan atau legalisasi perkawinan sejenis pernah dicek faktanya.

Narasi tidak berkumandang azan sudah pernah dicek fakta di Forum AFHH, dari Mafindo. Seperti tangkapan layar dibawah:

Tangkapan Layar Hoaks Tentang Pelarangan Azan - Forum AFHH Facebook

Pada posting diatas, akun Jolie Kartika menyebar disinformasi soal isu pelarangan azan. Dari pengecekan fakta, foto yang digunakan merupakan demo simpatisan PDIP yang dipimpin FX Hadi Rudyatmo tahun 2012. Demo ini menyoal penolakan kenaikan BBM. Sedang blog yang dicatut dalam posting tersebut tidak ada. 

Sedang pada isu legalisasi perkawinan sejenis, juga sudah dicek fakta di FAFHH. Seperti tangkapan layar di bawah:

perkawinan-sejenis-fafhh-5c74aaf7bde57517ee787d50.jpg

Foto yang digunakan adalah benar seorang profesor dari UIN Hidayatullah, Siti Musdah Mulia. Namun ia bukan politisi PDIP. Narasi yang diciptakan adalah pembelokan isi dari Kitab Hukum Perkawinan. Sedang isi laporan ini membahas tentang akad perkawinan, menimbang isu poligami, dan isu penghapusan wali.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline