Lihat ke Halaman Asli

Giri Lumakto

TERVERIFIKASI

Pegiat Literasi Digital

Demi yang Satu Ini, 80 Km Menuju Sydney Saya Tempuh

Diperbarui: 20 Juli 2018   01:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sydney Opera House - foto: dokumentasi pribadi

Membahas pilihan hati Indonesia, sampai ke negri orang tidak akan luntur. Begitupun untuk urusan yang satu ini. Obat tradisional yang sudah menjadi bagian dari orang Indonesia. Demi mencari Tolak Angin dari Sido Muncul saya tempuh 80 km lebih perjalanan menuju Sydney, Australia. Karena kadang Chinese grocery di sekitar Wollongong tidak menyetok obat andalan orang Indonesia ini.

Semasa musim gugur antara Mei-Juni, cuaca Australia biasanya berangin yang cukup dingin. Sedang pada Juni-Agustus, musim dingin dihiasi hujan membuat tubuh harus cepat beradaptasi. Waktu itu saya menetap untuk studi di Wollongong, New South Wales (NSW). Wollongong adalah sebuah kota kecil di pesisir Samudra Pasifik dalam region Illawara. Dari Sydney, Wollongong berada di sebelah selatan berjarak kurang lebih 80 km. 

Stasiun Kereta Wollongong City - foto: dokumentasi pribadi

Dan bagi saya yang baru kali mengalami suhu yang cukup dingin, tubuh merasakan masuk angin. Gejala ini pun harus mendapat suplemen yang biasa dikonsumsi saat masuk angin saat di Indonesia. Karena suplemen disana kadang masih dirasa kurang 'nendang'.Ya, tentunya Tolak Angin menjadi pilihannya.

Perjalanan dimulai dari stasiun kereta di Wollongong City. Biasanya saat weekend, stasiun ini sesak dengan calon penumpang. Mereka biasanya ingin plesiran ke Sydney. Karena pada hari Minggu, semua moda transport di NSW disamakan ongkosnya menjadi 2.6 AUD (27 ribu IDR). Untungnya saya waktu itu tidak berangkat saat weekend. Tetapi ongkosnya sekitar 7-9 AUD. 

Pemandangan Laut Pasifik dari Daerah Coal Cliff, Illawara - foto: dokumentasi pribadi

Pemandangan sepanjang perjalanan di kereta tidak mengecewakan. Selain hutan dan gunung di sebelah kanan-kiri kereta. Mata kita disajikan juga pemandangan laut Pasifik yang biru menawan saat siang. Perjalanan dengan kereta ke Sydney menghabiskan waktu sekitar 90-an menit. Kondisi kereta antar region NSW sudah cukup bagus dan bersih. 

Perjalanan saya pun berakhir di Central Station, Sydney. Sebuah stasiun kereta besar dan megah. Gedungnya cukup historik, namun terawat cukup baik dan bersih. Untuk mencapai toko tempat menjual Tolak Angin, saya harus masih melanjutkan dengan bus. Toko White Lotus yang saya tuju berada di sekitar daerah University of New South Wales (UNSW). Tepatnya di daerah sekitar Kingsford.

Gedung Central Station dari Edy Ave - foto: dokumentasi pribadi

Perjalanan memakan waktu sekitar 30 menit. Berkeliling sekitar Sydney dengan bus tetaplah nyaman. Walau kadang bus ramai dengan penumpang, tapi tetap rapi dan tertib. Para penumpang mengantri saat masuk dari pintu depan bus. Dan antri saat turun dari pintu tengah bus. Bayarnya pun cukup men-tap kartu perjalanan Opal. Kartu ini disediakan pemerintah NSW di banyak toko kecil/sekitar stasiun.

Sampai di lokasi, saya harus berjalan sekitar 200 m menuju White Lotus. Teman-teman pelajar Indonesia menjuluki toko ini sebagai 'Indomaret-nya' Sydney. Karena barang yang disediakan hampir serupa dengan yang ada di Indonesia. Walau beberapa produk seperti dari Tiongkok/Thailand/Vietnawm juga dijual disana.

Pemandangan Down Town Sydney Kala Hujan - foto: dokumentasi pribadi

Betapa senang hati Indonesia saya dapat membeli dan meminum Tolak Angin kembali. Tolak Angin lebih dari sekadar penolak masuk angin. Buat saya ketika di Australia, Tolak Angin adalah jamu dan kebanggaan hati orang Indonesia. Walau banyak obat/suplemen di negri asing. Tapi tetap, pilihan untuk hati Indonesia adalah Tolak Angin dari Sido Muncul.

Perjalanan pulang kembali ke Wollongong pun hati senang. Beristirahat di kereta dapat mengembalikan stamina tubuh berkat Tolak Angin. Tak percuma 160 km pulang pergi Wollongong-Sydney untuk mendapat Tolak Angin.

Salam,

Solo, 19 Juli 2018

12:10 pm




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline