Lihat ke Halaman Asli

gioarta

Mahasiswa

Attitude Bermedia Di Era Sekarang

Diperbarui: 9 Mei 2025   18:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pinterest foto

Di era digital yang serba cepat dan terkoneksi, media sekarang  bukan lagi sesuatu yang eksklusif milik jurnalis atau institusi besar bro. Sekarang Siapa pun bisa menjadi penyebar informasi mulai dari membuat konten di TikTok hingga menyebarkan opini di Twitter. Namun, kebebasan ini datang dengan tanggung jawab besar yaitu  etitude bermedia. Sayangnya, banyak pengguna terutama generasi Gen Z  masi belum sepenuhnya memahami batasan antara kebebasan berekspresi dan dampak etis dari konten yang disebarkan, hal kaya gini jangan sampe di anggep remeh dan enteng. 

Generasi masa kini tuh  tumbuh dalam budaya digital yang sangat ekspresif. Tapi, penting untuk diingat bahwa :

-kebebasan berekspresi bukan berarti bebas untuk menyebarkan kebencian. Gen Z tuh sering banget komen di media sosial dengan kaliamat negativ, terus berlindung di balik "kebebasan berekspresi". Emang sih bagus karna berani menyuarakan, tapi kalo sampe opini dia di liat oleh orang orang di media, itukan memperbesar kemungkinan saling hujat di media. 

-Menyuarakan opini boleh, tapi harus berdasar fakta dan tidak melanggar hak orang lain. Ini juga lumayan penting, jangam sampe ber'opini tanpa ada latar belakang, dan data yang falid.

Landasan: Pasal 28E UUD 1945 menjamin kebebasan berpendapat, namun dibatasi oleh Pasal 28J tentang kewajiban menghormati hak dan kebebasan orang lain.

Berselancar di dunia maya setiap hari membuat kita terpapar oleh banyak informasi sayangnya, tidak semuanya benar. Dalam kondisi ini, generasi sekarang dituntut untuk tidak hanya menerima, tetapi juga memilah informasi secara kritis. Jangan sampai semata karena berita terlihat menarik atau banyak dibagikan, kita ikut menyebarkannya tanpa memastikan kebenaran. Praktik ini justru dapat memperbesar efek hoaks dan memperkeruh suasana. Membangun kebiasaan cek fakta, mengenali sumber kredibel, dan tidak mudah terpancing judul provokatif adalah bagian penting dari etitude digital yang sehat. Salah satu tantangan di era media sosial adalah kecenderungan untuk membagikan semua hal mulai dari aktivitas harian, lokasi, hingga momen pribadi. Kebiasaan ini bisa mengaburkan batas antara kehidupan pribadi dan konsumsi publik. Bahkan, tak jarang orang lain ikut terdampak oleh unggahan kita, misalnya ketika wajah atau cerita pribadi mereka disebarkan tanpa izin. Di sinilah pentingnya etitude privasi: menghormati ruang orang lain dan menyadari bahwa tidak semua hal pantas dibagikan. Menjadi pengguna media yang bijak juga berarti mampu menjaga keseimbangan antara transparansi dan perlindungan diri. Di tengah kemajuan digital yang tak terbendung, etitude menjadi pijakan moral yang harus dimiliki setiap pengguna media. Generasi masa kini punya peran besar untuk mengarahkan budaya digital ke arah yang lebih bijak dan manusiawi. Hal ini tidak hanya soal mengikuti aturan, tetapi juga tentang menciptakan ruang komunikasi yang sehat, membangun kesadaran kolektif, dan menjadikan media sebagai sarana pembelajaran, bukan perpecahan. Setiap klik, komentar, dan unggahan memiliki dampak. Maka, mari bermedia dengan nurani, bukan sekadar emosi. 

 

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline