Lihat ke Halaman Asli

M. Gilang Riyadi

TERVERIFIKASI

Author

Dear Mahasiswa, Telat Lulus Bukan Berarti Kamu Gagal Selamanya

Diperbarui: 24 Juni 2021   06:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Dokumentasi Pribadi

Dulu, ketika saya masih duduk di bangku SMA, saya berpikir bahwa menjadi mahasiswa tentu akan jadi hal yang menyenangkan. Tidak perlu memakai seragam, jadwal kuliah fleksibel, juga bisa kenal dengan orang baru dari segala penjuru daerah.

Ternyata, kehidupan menjadi mahasiswa tidak seindah di televisi ataupun film. Tanggung jawab yang harus dipegang begitu besar. Baik itu terhadap akademik, organisasi, ataupun kehidupan bermasyarakat.

Impian terbesar mahasiswa tentu ingin segera lulus dengan waktu singkat serta mendapat nilai terbaik. Meski pada pelaksanaannya, hal tersebut tidak berjalan sesuai harapan. Entah itu karena harus mengulang mata kuliah, ataupun terhalang ketika membuat Tugas Akhir atau Skripsi. Bahkan memang dari beberapa kasus, ada saja dosen yang terkesan mempersulit mahasiswanya untuk maju. Tapi kembali lagi itu tergantung dari individu mahasiswanya masing-masing seperti apa.

Waktu untuk menyelesaikan pendidikan D3 adalah sekitar 3 tahun dan untuk D4/S1 adalah 4 tahun lamanya. Di sela waktu tersebut pasti ada yang bertanya "Kapan lulus? Udah sampai mana skripsinya?" dan bla bla bla. Hal ini membuat mahasiswa terdorong untuk segera menyelesaikan pendidikannya. Semakin cepat lulus, ya semakin baik, katanya.

Baca juga: Jangan Khawatir Jika Kita Telat Lulus Kuliah

Cerita Pribadi Berjuang Untuk Lulus

Saya pertama kali masuk kuliah di tahun 2013 dengan mengambil program studi Diploma IV yang mana secara normal membutuhkan waktu 4 tahun untuk lulus. Atau setidaknya di tahun 2017-lah saya lulus dan diwisuda.  Sementara itu kampus saya hanya mengadakan wisuda 1 tahun sekali. Jadi, apabila sedikit saja telat lulus dari waktu yudisium yang ditentukan, maka mau tak mau harus ikut wisuda di tahun depannya.

Saya sendiri bukan mahasiswa yang punya banyak prestasi, tapi juga bukan berarti tidak memiliki nilai akademis yang bagus. Saya pun tidak pernah ada masalah dengan nilai, dosen, apalagi absen. Benar-benar mahasiswa yang disiplin oleh aturan.

Hanya saja ketika menghadapi Tugas Akhir di semester 8, ternyata ada satu masalah yang tidak terduga. Di H-7 sidang yang mana semua draft sudah disiapkan, saya terpaksa ganti pembimbing dan mengulang semua topik TA dari nol. Benar-benar dari nol. Mulai dari judul, masalah, dan semua bab satu persatu harus diubah. Tentu tidak ada harapan untuk mengejar waktu yudisium yang benar-benar singkat.

Dunia seakan berhenti berputar, segala pikiran negatif pun datang silih berganti tanpa diundang. Hanya bisa mengurung diri di kamar dan menyesali diri kenapa harus terjadi. Dukungan dari teman-teman pun tidak cukup kuat untuk membuat saya kembali bangkit.

Saat itu saya membayangkan bahwa saya akan telat lulus, termasuk waktu wisuda yang pasti harus menunggu setahun lamanya. Mencari pekerjaan pun pasti akan semakin sulit dengan kondisi ini. Ketika teman-teman sidang pun saya tidak datang. Ketika mereka revisi bersama dosen, saya masih melaksanakan bimbingan.

Sampai akhirnya waktu wisuda tiba. Saya jadi satu-satunya orang di angkatan yang tidak bisa lulus bersama mereka. Lagi-lagi, saya tidak datang pada momen penting tersebut. Beberapa sosial media sengaja tidak saya buka agar saya bisa sedikit tenang tanpa melihat kebahagiaan teman-teman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline