Lihat ke Halaman Asli

M. Gilang Riyadi

TERVERIFIKASI

Author

Pengalaman Gagal SBMPTN 4 Tahun Lalu; Jangan Patah Semangat!

Diperbarui: 15 Juni 2018   22:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

image by: tobisan.me

[Baru Lulus SMA? Wajib Baca]

Tanggal 13 Juni 2017 mungkin menjadi salah satu momen tak terlupakan untuk kalian, para siswa SMA yang sudah lulus dan berjuang untuk mendapatkan salah satu kursi PTN terbaik di Indonesia. SBMPTN menjadi pilihan kedua untuk lulusan SMA yang kemarin belum berhasil tembus PTN melalui jalur SNMPTN. Memang, melalui tes ini pesaingnya akan lebih banyak karena akan ada juga lulusan tahun sebelumnya yang ikut bersaing mendapatkan nilai terbaik.

Soal di SBMPTN memanglah tidak mudah. Rasanya berkali-kali lipat lebih sulit dari soal Ujian Nasional (Saya sendiri juga mengalami ikut tes ini). Banyak orang tua mendaftarkan anaknya ke bimbel terbaik agar anaknya itu bisa berhasil tembus ke bangku PTN.

Namun, kenyataan terkadang tidak sesuai dengan harapan. Semua usaha yang telah dilakukan (mulai dari bimbel, belajar keras, begadang, berdoa) ternyata belum membuahkan hasil yang manis. Pada akhirnya ketika melihat pengumuman hasil SBMPTN, terdapat tulisan "Maaf, Anda Belum Lolos". Tahu bagaimana rasanya? Ternyata cukup menyakitkan dibandingkan patah hati *ups.

Pengalaman Pribadi Tidak Lolos SBMPTN

Ya, saya mengalami kok bagaimana rasanya jadi kalian. Dulu saya tidak diterima SNMPTN, begitu pula SBMPTN. Sempat ada rasa putus asa. Bingung harus bagaimana mencari tempat kuliah. Kalau mau ambil swasta, biayanya mahal. Entahlah, saat itu suasana memang sangat kacau.

Lalu, suatu hari ayah saya bertanya, "Kamu nggak daftar POLBAN (Politeknik Negeri Bandung)?"

Jawaban saya saat itu "Tidak" karena saat PMDK di kampus yang bersangkutan, saya juga tidak diterima. Jadi kesannya "Ngapain sih ikutan lagi?". Kemudian ayah memaksa saya untuk ikut tes itu. Dengan setengah hati akhirnya saya daftar online (bahkan saat itu hari terakhir pendaftaran). Tak berselang lama, waktu tes pun tiba. Tidak ada persiapan khusus. Saya menjalani tes sesuai dengan kemampuan saya.

Ketika hasil tes diumumkan, saya tidak langsung mengeceknya. Justru saat itu temanlah yang memberi tahu saya lewat pesan singkat. "Selamat ya Gil diterima di sana." Well, ada perasaan tenang sebenarnya. Minimal saya sudah punya cadangan untuk kuliah nanti, di negeri pula (meski negeri di politeknik, bukan universitas/institut).

Itu cerita kecil saya ketika perjalanan mencari tempat kuliah. Kalian tahu, saya belum sepenuhnya bersyukur saat itu. Saya masih kecewa kenapa tidak diterima di PTN yang saya inginkan, bahkan di jurusan yang 'sedikit' berbeda (Dulu mau ambil Seni Rupa/Pendidikan Akuntansi, dan sekarang kuliah di Akuntansi Manajemen Pemerintahan).

Terapkan Prinsip Bersyukur

Ketika lambat laun menjalani proses sebagai mahasiswa di jurusan dan kampus saya saat ini, justru banyak hal yang saya syukuri. Mulai dari biaya kuliah yang lebih terjangkau, jarak dari rumah yang lebih dekat, teman-teman yang menyenangkan, dan masih banyak lagi.

Dari situ saya berpikir, bahwa rejeki seseorang sudah diatur oleh Tuhan dengan porsi masing-masing yang adil. Ketika tidak berhasil mencapai satu tujuan tertentu, percayalah bahwa rencana-Nya jauh lebih baik untuk masa depan kita. Asalkan kita tetap mau berusaha dan berdoa untuk dapat hasil yang maksimal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline