Lihat ke Halaman Asli

Ghani Raditya

Pelajar biasa

Soekarno Pemimpin yang Terlalu Dilebih-lebihkan

Diperbarui: 26 Maret 2024   22:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

( sumber foto: buku 'Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia') 

 Pada tanggal 17 Agustus 1945 proklamasi kemerdekaan Indonesia di bacakan dihadapan orang ramai dimana ini menjadi awal dari kebangkitan bangsa Indonesia. Proklamasi itu dibacakan oleh salah seorang dari golongan tua yang bernama Ir. Soekarno dan di dampingi oleh Moh. Hatta. Beliau merupakan cikal bakal dari presiden pertama yang dimiliki bangsa Indonesia

 Sosoknya yang begitu terkenal banyak menginspirasi orang-orang dimana beliau diabadikan dalam berbagai bangunan seperti bandara, stadion, terminal bus dan lain-lain. Namun dibalik sosoknya yang begitu dikagumi ada sisi gelap yang dimiliki oleh pria kelahiran 6 Juni 1901. Banyak orang tidak mengetahui bahwasanya memiliki karakter yang tidak disangka sebelumnya. Seperti beberapa diantaranya:

1. Menjadi mandor romusha

 Soekarno terlibat jelas dalam pekerjaan ini dimana ia mengkampanyekan dan mengesahkan dalam peraktik romusha. Beliau mengakui perbuatannya itu seperti yang diungkapkan dalam buku biografinya yang berjudul Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis Cindy Adams. 

"Aku Sukarno yang mengirim mereka pergi bekerja. Ya, akulah orangnya. Aku mengirim mereka berlayar menuju kematian. Ya, ya, ya, ya, akulah orangnya."

2. Hiperinflasi

  Hiperinflasi yang terjadi pada akhir era orde lama dimana pada tahun 1963-1965 Indonesia mengalami inflasi mencapai 500%. Bayangkan saja kemarin bisa membeli telur bisanya 3.000/butir keesokannya bisa menjadi 15.000/butir. Ini terjadi karena ambisi soekarno untuk menjalankan proyek mercusuarnya. 

3. Pemimpin yang otoriter

  Menjelang akhir kepemimpinan soekarno menjadi orang yang otoriter dimana beliau menerbitkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. Isi dekrit tersebut mengubah kepemimpinan Indonesia yang tadinya parlementer menjadi otoriter. 

Banyak peneliti dan sejarawan menyebutkan peristiwa ini adalah periode 'hitam' masa kepemimpinan Sukarno sekaligus menjadi titik mula kejatuhannya di kemudian hari. Namun ironisnya Sukarno sendiri justru menyebutnya sebagai "tahun penemuan kembali revolusi kita." Hal ini beliau katakan dalam pidato di hadapan ribuan orang pada upacara peringatan ulang tahun ke-14 Indonesia. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline