Lihat ke Halaman Asli

Ghalif Putra Sadewa

Dosen Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta

Mengelola Potensi Desa dengan Digital Branding

Diperbarui: 18 Oktober 2022   18:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto oleh Sendy Aditya Saputra https://id.pinterest.com/pin/650136896177366214/

Digital adalah serangkaian wujud yang terkomputerisasi dalam angka-angka. Maka ada istilah analog -- digital atau konvensional -- modern bisa juga terestrial -- digital (baca: konversi sistem penyiaran). Dari kata digital ini kemudian muncul istilah digitalisasi. Karena digitalisasi adalah kata kerja, maka perlu dibubuhkan kata lain, baik di awal atau di akhir, semisal digitalisasi produk UMKM atau digitalisasi proses pembayaran. Mengapa hal itu perlu? Tuntutan zaman yang terus bergerak.

Era yang berkembang mendorong para pelaku bisnis untuk selalu mengikuti tren digital. Digital membentuk dua pola kerja yang saling mempengaruhi yaitu Personal Branding dan Digital Marketing. Pada personal branding di era digital tak pelak pemahaman akan jati diri suatu produk dalam membetuk citra kepada pengguna menjadi bagian krusial. Seperti apa citra yang tepat untuk mewakili kenikmatan dan kelezatan KFC misalnya. Ruang dan gagasan kreatif apa yang mau dilekatkan ke benak masyarakat (konsumen). Pembuatan konten yang menarik, unik, dan ideal harus betul-betul dipikirkan. Perlunya kreator konten yang cakap guna menterjemahkan premis dalam produk atau jasa menjadi bentuk audio visual.

Sedangkan digital marketing secara sederhana berbicara tentang pemasaran secara digital. Namun, betulkan sebatas itu? Nyatanya tidak, digital marketing juga harus tahu betul kebutuhan pasar seperti apa, produk atau jasa macam apa yang dicari pasar, hingga memetakan dengan cerdas nan cerdik ke mana produk/jasa dipasarkan. Letak geografis, ekonomi, dan sosial target sasaran menjadi pertimbangan-pertimbangan yanag perlu dicatat.

Mengapa digital marketing penting? Selain meningkatkan nilai penjualan, digital marketing dapat membuat brand sebuah perusahaan lebih efektif dan tepat sasaran. Menurut Ridwan Sanjaya & Josua Tarigan (2009), pemasaran digital adalah kegiatan pemasaran yang melibatkan branding dengan menggunakan berbagai media berbasis web seperti blog, situs web, email, iklan, dan jejaring sosial. Tentu saja, pemasaran digital bukan hanya tentang pemasaran di ruang internet. Manusia kini hidup di ruang internet, sehingga segala aktivitas manusia tidak jauh dari penggunaan internet dan aktivitas online. Lebih terpolarisasi, jejaring sosial telah menjadi rumah yang nyaman bagi orang-orang dan hampir semuanya dapat dilakukan melalui media sosial. Tidak mengherankan bahwa situs web sekarang disebut sebagai wajah perusahaan, karena Internet telah mengubah konsumen menjadi mata perusahaan.

Berikut keunggulan pemasaran digital menurut Pangestika (2018):

  • Kecepatan Lokasi. Strategi pemasaran media digital dapat dilakukan dengan sangat cepat hanya dalam beberapa detik. Selain itu, pemasaran digital dapat diukur secara real time.
  • Kemudahan Evaluasi. Dengan menggunakan media online, anda bisa langsung melihat hasil kegiatan pemasaran anda. Informasi tentang berapa lama produk telah dilihat, berapa persentase penjualan yang telah dikonversi dari setiap iklan dan sebagainya.
  • Jaringan geografis pemasaran digital yang luas menggunakan beberapa langkah untuk mendistribusikan produk ke seluruh dunia menggunakan Internet.

Digital branding juga sudah merambah pada destinasi wisata yang dikelola baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, atau swadaya masyarakat lokal. Berbicara tentang potensi desa wisata pasti akan menyinggung seluruh aspek didalamnya. Potensi alam, potensi kuliner, potensi budaya, hingga pengalaman yang bisa diberikan kepada pengunjung yang datang ke suatu desa. Menjamurnya desa wisata di Indonesia tidak bisa dipungkiri dari kekayaan yang memang dimiliki masing-masing desa. Misal, disepanjang pesisir pantai selatan Jawa, hampir memiliki potensi wisata pantai dengan ragam namanya. Disinilah perlunya branding destinasi wisata

Brand Destinasi dapat mempermudah wisatawan untuk membedakan suatu destinasi dengan destinasi lainnya (dikutip dari pemasaranpariwisata.com). Seperti yang disingguh sebelumnya, bisa saja dalam satu wilayah kabupaten ada desa wisata dengan suguhan yang hampir mirip bahkan sama. Ini adalah masalah serius yang perlu segera dicari jalan keluarnya agar masing-masing desa punya ciri khas. Kasus demikian bisa kita jumpai semisal di Yogyakarta dengan jumlah desa wisata yang terus tumbuh. Sebelum pandemi, jumlah desa wisata di DIY mencapai 122 Desa Wisata. Tema sejumlah desa wisata yang telah berdiri antara lain alam, kerajinan, serta budaya lokal (www.republika.co.id). Lantas upaya apa yang bisa dilakukan desa dalam membetuk brand destinasi wisata atau mengenalkan potensi produk di desanya agar diketahui, dikunjungi, hingga digandrungi pasar (khalayak).

Sebagai contoh, Desa Nglinggo di Kulon Progo yang serius dalam mengelola potensi desa wisata serta berdampak pada optimalnya perekonomian masyarakat. Geografis berupa pegunungan, iklim yang relatif sejuk, serta kondisi sosial masyarakat menjadi kunci dari potensi desa. Maka produknya tidak hanya wisata alam, tetapi budaya dan edukasi. Seperti pembuatan gula aren, memetik teh dan kopi, beternak kambing etawa, dan belajar kesenian lengger. Segi alam, ada hutan pinus dengan paket Off Road dilengkapi home stay dan cottage yang dikelola masyarakat sekitar.

Pengembangan Destinasi

  • Pengembangan Atraksi/Daya Tarik Wisata
  • Pengembangan Amenitas Wisata (fasilitas dasar: jalan, transportasi, akomodasi, pusat informasi, hingga penunjang)
  • Pengembangan Aksesbilitas
  • Pengembangan Image (Citra Wisata) melalui digitalisasi.

Tiga aspek penting dalam mengelola desa wisata yaitu: Produk, Pelayanan, dan juga aspek Pengelolaan. Terkadang potensi desa sudah baik tetapi pelayanan yang diberikan masih asal-asalan belum juga berbicara pengelolaan yang berkelanjutan. Atau produk desa baik, pelayanan baik, tetapi aspek pengelolaan masih seadanya. Pengelolaan bukan saja memberikan fasilitas yang memadai di lokasi tetapi juga pengelolaan informasi, citra tempat wisata, dan inovasi yang terus diberikan tanpa merubah branding awal dari desa sendiri.

Saran

  • Untuk meningkatkan penjualan suatu produk, pelaku UMKM dapat meningkatkan pemahaman tentang teknologi, agar mampu bersaing di dalam dunia bisnis usaha.
  • Pelaku UMKM dapat mempengaruhi konsumen melalui tampilan yang menarik di laman media sosial, seperti promosi harga, desain makanan yang menarik, dan sebagainya.
  • Disamping itu pelaku UMKM dapat pula membuat kebijakan harga lebih bersaing dari usaha lainnya dan menyesuaikan harga dari kondisi perekonomian masyarakat sehingga masyarakat berpikir dapat menjangkau harga produk dengan kualitas yang dihasilkan.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline