Lihat ke Halaman Asli

Macetologi: Sebuah Solusi Alternatif Macet di Jakarta

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

133275886741504919

(Bang Kumis dan calon kepala daerah lainnya, dibaca yah sebelum Pilkada, mudah-mudahan bermanfaat). Saya punya rute khusus dimana hampir 4 kali / minggu selalu saya lalui, yaitu dari Kebon Jeruk - Slipi - Tanah Abang - Tugu Tani - Cikini (Kampus IKJ-TIM), demikian juga arah sebaliknya/pulang. Daerah yang saya lalui memiliki titik kemacetan yang berbeda-beda dan karena saya SERING melewatinya, lama-lama saya bisa mempelajari jam-jam berapa kemacetan itu timbul dan jam berapa sajakah kemacetan itu mereda intensitasnya (meski tidak selalu benar, tapi kebanyakan benar). Saya hanya mengusulkan agar pemerintah bekerja dengan rakyat, dalam hal ini para pengguna jalan raya di Jakarta. Berikan mereka hak suara/suggest utk memberikan jalan keluar bagi kemacetan di jalan. Siapa yang berhak memberikan suggest ?

  1. Warga Jakarta dan sekitarnya yang SERING BEREDAR di jalanan Jakarta (Khususnya para Salesman, Pekerja Kantoran atau Pelajar, Penumpang angkutan umum, bahkan pedagang asongan di perempatan juga boleh)
  2. Memiliki RUTE TETAP dalam perjalanan berangkat dan pulangnya atau dengan kata lain, sering melewati daerah/jalan yang sama dimana jalan tersebut acapkali macet.
  3. Memiliki CATATAN / PENGAMATAN tersendiri terhadap penyebab kemacetan di titik-titik yang BIASA ia lalui setiap harinya.

Saya yakin, mereka bisa melihat penyebab titik-titik macet yang sesungguhnya dan mengusulkan perbaikan itu kepada pemda. Meski nantinya tidak semuanya bisa ditindaki, entah krn alasan klise KURANG PERSONIL / KURANG DANA, tapi saya berharap 50 % dari usulan warga pengguna jalan ini bisa dijalankan demi perbaikan kemacetan di Jakarta. Entahlah bagaimana bentuk usulan tersebut, saya sih berharap bentuknya semacam dengar pendapat/email/buka line telepon gratis dll. Tapi yang penting dari Pemda, ada niat baik utk melibatkan warga pengguna jalan dalam mengatasi kemacetan jalanan di Jakarta. -------------------------------------------------------------------------------------------- Misalnya : Di dekat rumah saya ada jembatan yang berada setelah kita melewati kampus Esa Unggul, jembatan ini memberikan jalan bagi kendaraan utk melewati tol ke arah tomang. Nah, dahulu setiap kali saya berangkat pagi jam 6.30, selalu macet-cet-cet-crot.. bau knalpot dimana-mana, bikin parfum axe di badan hilang, gimana bidadari mau nempel  ? Muntah iya. Nah, ceritanya saya bingung, kok sudah berangkat pagi-pagi sesuai anjuran Bu Guru semasa saya sekolah dulu, tapi masih tetep aja kena macet..cet...cet..crot !! Disitulah saya mulai melakukan investigasi ala Jhon Pantau dan liputan Silet (Bukan Sinyal Lelet yah). Dan setelah seminggu, saya mulai tercerahkan bahwa kalau saya berangkat jam 6.30 pagi, kemacetan timbul karena berbarengan dengan anak sekolah yang "taat" anjuran pemerintah, masuk sekolah jam 6.30 Teng !!. Justru berangkat jam 7 pagi malah lebih berkurang intensitas macetnya krn anak-anak sekolah sudah pada masuk. Jadilah saya melewati jembatan itu setiap jam 7 pagi, yang pd awalnya saya pikir macet kalau berangkat jam 7 pagi. Nah,  mengapa saya sebagai pengendara bisa memahami hal-hal ini ? Karena saya terbiasa melewati rute tersebut dan juga banyak sample lainnya. Setiap berhenti di lampu merah, saya cukup yakin, para pengendara sambil berhenti, mereka mengamati kesemrawutan kendaraan di lampu merah tersebut (biasanya di pertigaan/perempatan) dan mereka tahu penyebabnya ataupun solusinya, bahkan bisa jadi mereka juga tahu solusinya !! Hanya saja selama ini mereka diam dan cuek, padahal mereka lebih paham seluk beluk jalanan itu dibandingkan para polantas yang kerjanya cuma semprat semprit di tempat (macetnya 100 meter di depan matanya, tapi tuh polisi cuma diem di tempat prat prit doank, apa krn kegemukan perut, jadi males jalan kaki 100 meter ke depan), ngobrol ngalor ngidul (pura-pura pegang HT dan ngomong sok penting pdhal cuma ngomongin skor bola semalem ama rekan seposnya), menjelang jam tertentu memberhentikan kendaraan warga untuk ditilang.. ck..ck..ck.

Sebagai sample lagi : Di pertigaan dekat kampus binus, ada 2 titik macet dan keduanya disebabkan oleh adanya kedua pertigaan ini. Penyebab macetnya karena terlalu banyaknya rute kendaraan angkutan umum yang berbelok / tidak searah melalui pertigaan-pertigaan tersebut dan tidak imbangnya waktu / durasi tunggu lampu merahnya sehingga para pengendara menjadi penyerobot. Solusi yang diberikan adalah berikan alternatif jalur / jalur searah bagi kendaraan umum tersebut/seimbangkan durasi lampu merahnya. Karena di titik arah yang macet, lampu merahnya berdurasi sangat lama, sedangkan dari arah sebaliknya yang lebih sepi, lampu merahnya berdurasi lebih pendek tapi lampu hijaunya kelamaan. Pengamatan warga semacam ini bila didukung data teknis dari satlantas / polantas / rawe-rawe lantas (saya ngga ngerti apa lagi istilahnya) saya yakin, selama niat pemerintah adalah baik, warga bisa terlibat dengan sukarela. Jadi ga perlulah studi banding keluar negeri mahal-mahal dengan alasan melihat bagaimana kota-kota besar di dunia mengatasi kemacetannya namun pulang-pulang ga bawa hasil riset malah bawa barang belanjaan.Bikin macet anggaran buat rakyat. Semoga nantinya kalo perlu, ini bisa jadi studi ilmu tertentu di perkuliahan, MACETOLOGI. Ingat, sapa lagi yang peduli ame Jakarta kalo bukan kite... HIDUP BANG BENZ !! (Salam..Action !! Getto 24 - 03 -2012)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline