Lihat ke Halaman Asli

Gentur Adiutama

TERVERIFIKASI

ASN di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Diplomasi Sepak Bola Indonesia dengan Vanuatu

Diperbarui: 15 Juni 2019   20:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Timnas Indonesia saat melawan Yordania. Foto: PSSI

Setelah melakoni laga persahabatan internasional FIFA versus Yordania di Amman pada hari Selasa, 11 Juni 2019, tim nasional (timnas) Indonesia segera kembali ke Tanah Air untuk bersiap-siap menghadapi laga berikutnya. Pasukan Garuda akan menjamu timnas Vanuatu pada hari Sabtu, 15 Juni 2019 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta.

Hasil tidak baik yaitu kekalahan 1-4 yang diraih oleh Andritany Ardhiyasa dkk di Amman diharapkan dapat dibalikkan saat mereka bermain di hadapan para pendukungnya di Jakarta nanti. Terlebih lagi, Indonesia memiliki peringkat dunia FIFA yang lebih tinggi dari Vanuatu sehingga di atas kertas diunggulkan untuk menang.

Pertandingan melawan Vanuatu ini memang cukup menyita perhatian publik dan menjadi topik pembahasan bahkan sejak negara kepulauan di Samudra Pasifik bagian selatan itu dipilih oleh Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI) sebagai lawan tanding. Isunya tidak hanya terkait sepak bola semata, namun juga ada sangkut pautnya dengan politik.

Indonesia vs Vanuatu. Foto: Indosport.

Banyak yang berpendapat bahwa pertandingan persahabatan antara Indonesia dengan Vanuatu ini adalah salah satu bentuk diplomasi yang menggunakan sepak bola sebagai mediumnya. Ada narasi politis yang mengiringi laga sembilan puluh menit tersebut.

Panas Dingin Hubungan Indonesia dengan Vanuatu

Kita perlu memahami dulu situasi bilateral antara Indonesia dengan Vanuatu. Negara yang beribukota di Port Villa itu menjalin hubungan diplomatik dengan Indonesia meskipun belum membuka kantor kedutaan besar di Jakarta. Di lain sisi, fungsi diplomatik Indonesia di Vanuatu juga masih dirangkap oleh Kedutaan Besar RI di Canberra, Australia.

Lokasi Vanuatu di peta wilayah Pasifik. Foto: GraphicMaps

Hubungan kedua negara saat ini dapat dikatakan sedang dalam posisi yang kurang baik. Penyebabnya adalah posisi politik luar negeri Vanuatu yang secara blak-blakan mendukung upaya sejumlah aktivis dan organisasi untuk memisahkan Papua dari Indonesia. Beberapa manuver politik dilakukan oleh negara itu untuk mendiskreditkan status Papua sebagai bagian dari Indonesia.

Pada hari Jumat, 25 Januari 2019, Vanuatu secara diam-diam menyelundupkan aktivis pro-kemerdekaan Papua, Benny Wenda sebagai bagian dari delegasinya saat bertemu dengan Komisioner Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Michelle Bachelet di Jenewa, Swiss. 

Benny sendiri bukan tokoh biasa karena dia merupakan pimpinan organisasi United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) yang getol menyuarakan tuntutan referendum kemerdekaan Papua dari Indonesia.

Benny Wenda bersama Michelle Bachelet di PBB. Foto: Merdeka.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline