Lihat ke Halaman Asli

Gapey Sandy

TERVERIFIKASI

Kompasianer

"Ampiang Dadiah" nan Menggoyang Lidah

Diperbarui: 8 Maret 2018   19:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

DADIAH. Ruas bambu ini berisi dadiah, fermentasi susu kerbau, sebagai bahan membuat ampiang dadiah. (Foto: Gapey Sandy)

"Oh, emping yang dari melinjo itukah?" tanya saya. Kontan semua menertawakan saya. "Bukan itu. Ampiang yang ini berasal dari beras ketan," jawab pria penjaja ampiang dadiah.

Begitulah, saya menjadi malu sendiri ketika dengan sok tahu mengartikan "ampiang" sebagai "emping" dari Melinjo. Ternyata, salah sama sekali!

"Ampiang" yang disebut-sebut ini tak lain adalah beras ketan yang sudah ditumbuk. Tidak menjadi hancur, tetapi hanya berubah bentuk dari buliran menjadi pipih. Maklum, dalam pendengaran saya, mereka menyebutkannya dalam logat Bahasa Minangkabau menjadi terdengar seperti "amping" atau "emping".

Hahahaaaa ... saya jadi malu sendiri.

AMPIANG DADIAH. Seporsi ampiang dadiah, lamaknyo. (Foto: Gapey Sandy)

Gagal paham soal ampiang ini belum lama terjadi. Tepatnya ketika pada Sabtu (3/3) kemarin, saya menempuh rute perjalanan darat dari Bukittinggi ke Muara Labuh, Solok Selatan. Perjalanan sejauh kira-kira 188 Km ini melewati rute Jalan Raya Padang-Solok, dengan waktu tempuh sekitar 5 jam.

Kalau pernah melintasi Jalan Raya Padang-Solok ini, suasana pemandangan alamnya begitu cantik. Meski jalanannya berkelok-kelok lantaran "membelah bukit", tetapi hawa sejuk dan pemandangan alamnya teramat laik untuk dinikmati.

Pebukitan menghijau, perkebunan nan subur yang didominasi bawang merah juga kubis, hamparan kebun teh yang mirip karpet, langit membiru dengan gumpalan awan, serta perubahan cuaca yang biasa cepat terjadi antara kondisi cerah dan tiba-tiba menjadi mendung serta berkabut di atas bukit.

Jangan juga pernah pejamkan mata kita, ketika perjalanan sudah memasuki wilayah Alahan Panjang, Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok, karena pandangan mata ini akan dimanjakan dengan Bukit Barisan yang berbaris seperti tiada habis, lembah subur nan menghijau, serta dua danau, yaitu Danau Di Atas (Di Ateh) dan Danau Di Bawah, yang biasa orang sebut sebagai Danau Kembar.

Peta perjalanan dari Bukittinggi ke Alahan Panjang, Kab Solok. (Sumber: Google Maps)

Kalau tidak terburu-buru, mampirlah ke lokasi wisata Panorama Danau Kembar. Tiket masuk hanya Rp 5.000. Meski saya sebut tiket masuk, tapi tetap saja, pengunjung tidak menerima sobekan tiket. Tak apalah, yang penting di sini, kita bisa menikmati mantapnya kopi cap "Timbangan Gantung", Teh cap "Kayu Aro", juga buah-buahan yang segar seperti strawberry, delima, labu dan lainnya. Semua, hasil produksi setempat!

Jangan lupa, naiklah ke bukit yang ada pos kecil dengan atap berbentuk rumah gadang. Enggak jauh dari tempat parkir 'kok. Ada tangga batu untuk mencapai puncak, jadi kita enggak usah "mendaki". Dari atas sini, kita bisa menyaksikan hamparan perairan nan membiru juga tenang di Danau Di Atas dan Danau Di Bawah. Kedua Danau Kembar ini terpisahkan oleh pebukitan yang sebagian lahannya dimanfaatkan petani untuk berkebun. Tapi, kedua danau ini pisahnya enggak jauh-jauh 'kok, sebab nanti malah kangen ... hahahaaa. [#GombalWarning]

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline