Lihat ke Halaman Asli

Gapey Sandy

TERVERIFIKASI

Kompasianer

Sepeda Bambu Indonesia Makin Mendunia

Diperbarui: 9 Mei 2016   17:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mukoddas Syuhada bersama sepeda bambu. || Foto: Gapey Sandy.

Namanya Mukoddas Syuhada. Pria kelahiran 28 Oktober 1976 ini menjabat founder Akademi Bambu Nusantara (ABN) di BSD City, Tangerang Selatan. Ia juga founder BCC alias Banten Creative Community.

Tanaman bambu dan Mukoddas nampaknya semakin tak terpisahkan. Lulusan Teknik Arsitek di ITB angkatan 1995 ini kian “bermesraan” dengan bambu sejak 2012 lalu. “Tapi di ABN, saya baru jalan delapan bulan,” ujarnya kepada penulis.

Bambu, menurut Mukoddas, jangan dianggap sebagai simbol kemiskinan. Justru, bambu merupakan ‘emas hijau’. “Saya ingin mengubah persepsi bahwa bambu itu bukan simbol kemiskinan, melainkan simbol kemapanan. Saya beranggapan, bambu merupakan ‘emas hijau’. Jadi ayolah semua cepat-cepat menanam bambu. Karena di masa depan, bambu akan booming. Bambu adalah material di masa depan yang mampu menggantikan plastik, kayu, metal, logam, aluminium dan lainnya,” seru bapak tiga anak ini.

Kalau tidak percaya, lanjut Mukoddas, kejadian yang pernah dirinya sendiri alami, cocok untuk menjadi inspirasi. “Tiga tahun lalu, saya pernah diundang oleh Kedutaan Besar Perancis, Belgia dan Italia. Mereka, intinya meminta untuk dibuatkan bahan baku piranti dari bambu dari Indonesia. Piranti apa? Asal tahu saja, mereka minta dibuatkan piranti kabin pesawat dengan berbahan baku bambu asal Indonesia. Terbukti, bambu itu material masa depan,” ungkapnya.

ms-8-copy-572fdb8f379773e8041470ba.jpg

Pembibitan bambu di Akademi Bambu Nusantara, Tangsel. || Foto: Gapey Sandy.

ms-9-copy-572fde0e8ffdfd1c198173ff.jpg

Aneka pemanfaatan kerajinan bambu. || Foto: Gapey Sandy.

Jadi tidak ada alasan lain, Mukoddas mengajak semua masyarakat gemar menanam bibit pohon bambu. “Dengan menanam bambu berarti meminimalisir dampak krisis oksigen dan air bersih di masa depan. Juga harus diingat, pohon bambu itu tidak ada limbahnya. Karena, dari atas sampai bawah, semuanya terpakai semua. Jangankan batang bambunya, bahkan rebung bambu pun dikonsumsi. Juga, daun bambu yang dikeringkan, kini semakin akrab dijadikan minuman seperti teh tubruk,” tuturnya seraya menambahkan bahwa pada 2016 ini, ABN menargetkan untuk menanam sebanyak satu juta bibit pohon bambu.

Di Indonesia, berdasarkan hasil riset Prof Elizabeth Anita Widjaja, mantan peneliti senior di Pusat Penelitian Biologi LIPI yang dikenal sebagai ‘Bunda Bambu Indonesia’, ada sekitar 160 jenis atau spesies bambu di Indonesia. Sedangkan di seluruh dunia, diperkirakan ada sekitar 1.500 jenis bambu. Sebanyak 12 persen dari seluruh jenis bambu di dunia itu, justru ada di Indonesia.

“Bambu yang seringkali dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, misalnya Bambu Betung yang dipakai untuk konstruksi bangunan, karena diameternya bisa mencapai lebih dari 10 cm. Bambu Hitam untuk kerajinan meubel dan sebagainya. Bambu Tali, juga biasa digunakan untuk anyaman dan landscape. Ada juga Bambu Budha yang bentuknya berbulat-bulat seperti kendi arak, dan Bambu Kuning Bali untuk taman. Bambu Tutul dengan warna kulit yang bertotol-totol seperti kulit Macan Tutul, dan Bambu Batik biasa dipakai untuk industri meubel,” urai Mukoddas.

Sayangnya, sudah mulai ada bambu di Indonesia yang nyaris punah. Namanya, Bambu Eul-eul. “Umumnya, ada di Jawa Barat. Selain jadikan piranti pertamanan, air bambunya juga sangat bagus untuk kesehatan manusia. Sekarang sulit memperoleh Bambu Eul-eul. Meskipun pada setiap bambu ada air di dalam batangnya, tapi air yang ada di Bambu Eul-eul adalah ‘Air Masa Depan’. Kesegaran dan kesehatannya melebihi air mineral. Bambu Eul-eul ini biasa tumbuh di dataran tinggi Jawa Barat. Ironisnya, Bambu Eul-eul makin banyak ditebang pengembang, karena lahannya dijadikan hotel, villa dan proyek property lainnya,” geram Mukoddas.

ms-11-copy-572fdbea4323bd15058a6779.jpg

Pembibitan dan pemanfaatan bambu di ABN, Tangsel. || Foto: Gapey Sandy.

ms-6-copy-572fdd6a8f7e6160048b4567.jpg

Pemanfaatan bambu di Akademi Bambu Nusantara, Tangsel. || Foto: Gapey Sandy.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline