Lihat ke Halaman Asli

Muhamad Jalil

Orang pinggiran

Mendorong Anak agar Ngaji Sejak Usia Dini di TPA Pangeran Diponegoro

Diperbarui: 20 Juni 2019   22:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Upaya orang tua mengantar anak mengaji di TPA

Siapa yang tidak senang anaknya pandai mengaji Al-Qur'an? Semua orang akan senang termasuk sang penulis. Problemnya usaha apa saja yang sudah kita kerjakan  dan berikan untuk anak-anak kita agar pandai Alquran? Tentulah perlu usaha besar dan tidak cukup mimpi saja. Kemampuan membaca dengan fasih pada anak memerlukan dorongan tua agar anak terus semangat menimba ilmu di majlis-majlis Al-Qur'an. 

Guru ngaji saya yang anaknya telah hafiz di usia SMP, usahanya tidak main-main. Selain anaknya dipondokkan di sekolah Tahfiz juga kebiasaan orang tuanya dalam mewarnai rumah dengan lantunan Alquran tidak pernah terlewatkan. 

Peran orang tua ternyata sangat berpengaruh. Budaya membaca Alquran sudah mengakar kuat pada keluarga mereka. Tidak hanya di rumah melainkan juga di luar rumah termasuk mencarikan sekolah Al-Qur'an.

Sesungguhnya sekarang ini orang tua tidak menemukan kendala memperoleh tempat yang mengajarkan Al-Qur'an. Lembaga seperti TPA dan TPQ banyak berkembang di surau-surau, di langgar, di mushola, di masjid, hingga di pondok pesantren salaf maupun modern. Mereka seakan berlomba-lomba untuk mencetak generasi Al-Qur'an sejak dini.

Salah satu lembaga yang konsen disana adalah TPA Pangeran Diponegoro Tegalrejo Yogyakarta. Banyak orang tua mengantar anaknya belajar ngaji di TPA  tersebut pada sore hari setiap Senin, Rabu, dan Jumat. Bahkan tidak sekadar menemani namun juga ikut menunggu sampai kegitan TPA berakhir. 

TPA ini berada di area komplek museum Pangeran Diponegoro Tegalrejo Yogyakarta. Dan yang ngaji adalah anak-anak yang tak jauh dari lingkungan masjid.

Puluhan anak antusias mengikuti arahan dan instruksi para wali kelas untuk membentuk dua baris. Pertemuan pertama, kegiatan belajar mengajar (KBM) ditiadakan. Oleh karena itu diganti dengan acara syawalan ke rumah para pengurus masjid Pangeran Diponegoro. 

Anak-anak dibariskan lalu digiring menuju tempat para sesepuh masjid. Syawalan bertujuan agar tercipta ukhuwah Islamiyyah serta upaya saling memaafkan dan memberi maaf sesama muslim laki-laki dan perempuan.

Anak-anak dibarisan oleh wali kelas

Karena tempat para sesepuh dan takmir tidak terlalu jauh dari lokasi TPA, anak-anak langsung bisa kembali ke masjid. Anak-anak kemudian membentuk lingkaran kecil sesuai dengan jenjangnya. Guru memberi breafing agar anak-anak TPA harus senantiasa menjaga akhlak dengan membiasakan memakai kerudung jika keluar rumah bagi santri perempuan.

Di TPA ini, Anak PAUD dan TK dikelompokkan ke dalam kelas A, dimana dihuni oleh kelompok usia 4-5 tahun. Rata-rata orang tua mendorong untuk belajar sejak dini agar bisa menjadi bekal saat usia masa dewasa.

Belajar Alquran membawa kebaikan tidak hanya pada anak, namun akan memberi manfaat kepada orang tua. Bagi yang memiliki anak hafiz, maka kelak akan beruntung mendapat mahkota indah dari anaknya di di akhirat nanti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline