Lihat ke Halaman Asli

Gaganawati Stegmann

TERVERIFIKASI

Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Orang Indonesia Jual Organ, Orang Jerman Sumbang Organ

Diperbarui: 13 Juni 2019   21:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi operasi bedah (Sumber: internasional.kompas.com)

Kaget setengah mati, melihat seorang temannya teman di Facebook memasang potongan koran lokal Indonesia yang mengungkap kisah penculikan anak-anak dan modus penjualan organ dari mereka "Satu anak, lima miliar".

Ada ya, orang Indonesia yang jahat tak beradab? Bukankah orang kita dikenal punya budi pekerti luhur sejak zaman nenek moyang? Sudah berlaku hukum rimba siapa yang kuat menang?

Editor Chanly Mumu dan peliput, Yeshinta Sumampouw dan Rangga Mangowal menemukan fakta di mana kasus penculikan bermodus penjualan organ merajalela di kota-kota besar Indonesia. 

Organ seperti ginjal, hati dan jantung dikatakan paling mahal di antara organ manusia lain seperti sepasang bola mata atau tangan dan lengan. Mahal? Iya, mencapai angka miliaran. Ginjal misalnya termahal, dibandrol 2,4 miliar dan yang termurah, kulit Rp 91.000 per inci.

Gubrakkkkk. Bulu kuduk saya berdiri. Membayangkan pasar tradisional seperti pasar Gayamsari, yang ada penjual ceker ayam, kepala ayam, hati ayam, usus ayam, otak sapi, kaki kambing. Lha tetapi ini organ manusiaaaa?OMG...

Daftar harga organ illegal (Dok. Fitri)

Organ Spende (Spende=Sumbang)

Entahlah apakah tindakan illegal jual-beli organ manusia itu ada di Jerman. Yang saya tahu hanya "Organ Spende" marak di negeri yang mengutamakan kualitas itu.

Sejak pertama kali mendapatkan kartu asuransi kesehatan dari Jerman, pihak asuransi sudah memberikan promosi, sosialisasi dan penggalakan program "Organ Spende" atau menyumbangkan bagian tubuh  kepada orang lain.

Pilihannya pun banyak; organ yang disumbang hanya boleh diberikan kepada orang yang dikenal, kepada saudara sendiri atau siapapun orang yang membutuhkan organ. Spender atau penyumbang boleh menentukan sendiri, bukan dipaksa atau dibeli. Semua tercatat di kartu kecil sebesar kartu KTP.

Dulu banyak orang bingung, sekarang pada ikut mikir juga bahwa kalau orang sudah dinyatakan mati ya sudah mati saja. Apa organnya mau dikubur atau diberikan kepada orang lain, sama saja. Bahkan dengan menyumbang, ada manfaat bagi orang lain. Pahala melimpah dan memberi orang lain berkah.

Ada sepasang saudara suami saya sudah menandatangani perjanjian dengan Universitas Tuebingen dekat Stuttgart. Bahwa suatu hari jika meninggal, jasad mereka akan disumbangkan bagi dunia kedokteran. Organ-organ akan dimanfaatkan untuk penelitian dan kepentingan lain yang memajukan ilmu manusia. Sebagai imbalan, biaya pemakaman (yang bisa mencapai 5000€) berikut sisa organ akan ditanggung universitas. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline