Mohon tunggu...
Gaganawati Stegmann
Gaganawati Stegmann Mohon Tunggu... Administrasi - Telah Terbit: “Banyak Cara Menuju Jerman”

Housewife@Germany, founder My Bag is Your Bag, co founder KOTEKA, teacher, a Tripadvisor level 6, awardee 4 awards from Ambassadress of Hungary, H.E.Wening Esthyprobo Fatandari, M.A 2017, General Consul KJRI Frankfurt, Mr. Acep Somantri 2020; Kompasianer of the year 2020.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Orang Indonesia Jual Organ, Orang Jerman Sumbang Organ

12 Juni 2019   17:59 Diperbarui: 13 Juni 2019   21:26 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi operasi bedah (Sumber: internasional.kompas.com)

Namun tetap ada tetapinya, tidak semua yang waktu hidup menyatakan diri menyumbang, diterima lembaga. Ada juga yang sudah punya perjanjian lalu benar-benar meninggal dan keluarga menyumbangkan tubuh almarhum, lembaga menolak dengan beberapa alasan. Akhirnya harus melakukan pemakaman sendiri semarang kilat. Sigh.

Ketika menceritakan hal itu kepada teman baik saya dari Indonesia dan tinggal di Jerman, ia menyatakan melakukan hal yang sama. Motifnya bukan karena pemakaman gratis, tetapi lebih kepada jiwa sosial yang tinggi, mulia bukan?

Umur manusia tidak panjang, sehingga pendeknya waktu harus diisi dengan hal-hal positif dan membawa manfaat bagi orang lain tak hanya diri sendiri. Begitu tegasnya. Saya merunduk, apa yang dikatakannya betul. Bagaimana menurut pendapat Anda?

Yang boleh disumbangkan atau ditransplantasikan

Semua hal kecil di Jerman diatur secara mendetil. Mau mancing harus ada SIM, mau tebang pohon harus ada SIM, anak mau naik sepeda harus punya SIM. Begitu pula dengan menyumbang organ atau menyambung organ. Penyumbang harus punya kartu. Ketentuan lain, yang boleh disumbangkan hanya jantung, hati, empedu, pankreas, paru-paru dan usus halus saja, bukan seperti daftar dari koran Indonesia yang dari ujung rambut ke ujung kaki.

Kesadaran menyumbang organ yang dilakukan orang Jerman ini luar biasa dan patut diteladani karena organ tidak bisa dibuat manusia. Mesinnya hanya Sang Pencipta. 

Sayangnya, menurut ketua DSO, lembaga transplantasi organ Jerman, meski sudah pada rajin menyumbang, 98% dari 80 juta penduduk Jerman yang membutuhkan organ,  67% warganya menyumbang organ, tetapi hanya 12% yang punya kartu penyumbang organ. Lupaaaa. Makanya  sumbangan organ tersebut menjadi sia-sia. Di Jerman, semua harus ada kertas formalitasnya, kalau tidak mau didenda atau masuk penjara. 

***
Begitulah orang Jerman baik dan punya jiwa sosial, ya. Bisa jadi belajar dari kepahitan hidup zaman Hitler, bisa jadi karena budaya menyumbang sudah turun menurun diberikan kepada anak cucu, bisa jadi karena memang sosialisasi menyumbang barang sampai organ sangat gencar di seantero Jerman. Hidup? It’s not all about money....do what you love.

Hal baik yang seharusnya ditiru pemerintah Indonesia khususnya Kementrian Kesehatan, supaya banyak organ yang tersedia bagi mereka yang membutuhkan, nggak hanya yang kaya saja yang bisa beli organ. Yup, program penggalakan dan sosialisasi donor organ seperti donor darah, yang sudah bagus berjalan di  tanah air.

Lalu saya yakin itu akan menurunkan angka penculikan dengan modus penjualan organ illegal. Bukankah itu  melengkapi jiwa luhur para leluhur kira. Mosok kalah sama orang barat seperti Jerman? Apa kata duniaaaaaa?(G76)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun