Lihat ke Halaman Asli

Lebih Baik Mengadu Sportivitas di Popda DIY 2019 daripada Klitih di Jalanan

Diperbarui: 21 Maret 2019   09:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Disebut-sebut sebagai kota wisata dan budaya, tak membuat potensi masyarakat DIY, khususnya anak-anak muda berhenti pada bidang tertentu. Ini terbukti pada suksesnya penyelenggaraan Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) DIY tahun 2019. 

Bertempat di Gedung Olahraga Amongrogo Yogyakarta, Popda tahun ini berlangsung pada 15 sampai 19 Maret. Ada 27 cabang olahraga yang dipertandingkan dengan jumlah atlet pelajar dari berbagai sekolah yang mewakili Kabupaten/Kota masing-masing. Sebanyak 1.679 atlet pelajar bertarung demi 231 medali emas, 231 perak serta 347 perunggu.

Dihimpun dari website resmi Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY ke dua puluh tujuh cabor tersebut adalah Anggar, Angkat besi, Atletik, Bola basket, Balap sepeda, Bola voli, Bridge, Bulutangkis, Catur, Gulat, Judo, Karate, Kempo, Panahan, Panjat Tebung, Pencak Silat, Renang, Sepatu Roda, Senam, Sepak Takraw, Tarung Drajad, Tae Kwon Do, Tenis Lapangan, Tenis Meja, Tinju, Voli Pasir. 

Selain GOR Amongrogo, ke dua puluh tujuh cabang olahraga tersebut dipertandingkan di beberapa lokasi, diantaranya adalah GOR KONI Wates, GOR Gapensi Bantul, Stadion Mandala Krida, Lapangan tenis UNY, Kolam renang UNY, Gedung KONI dan GOR Kridosono.

Keluar sebagai juara umum adalah kontingen Bantul dengan 75 medali emas, 68 perak, dan 56 perunggu. Di tempat kedua adalah Sleman dengan perolehan 5 medali emas, 53 perak, dan 85 perunggu. Berturut-turut kemudian adalah Kota Yogyakarta, Kulonprogo dan Gunung Kidul.

Masih dari laman Dikpora, tujuan penyelenggaraan Popda adalah sebagai ajang mengukur kemampuan para atlet pelajar, sebagai booster atau perangsang bagi lahirnya calon atlet terbaik sekaligus menjadi sarana pengasah bakat bagi mereka dan meningkatkan gairah dan motivasi pelajar untuk terus berlatih dan mempertahankan prestasi, yang terakhir sebagai ajang silaturahmi dan anjangsana para atlet pelajar. 

Setelah insiden klithih dan penganiayaan superter bola yang dilakukan oleh pelajar DIY beberapa waktu lalu, rasa-rasanya kegiatan seperti Popda perlu lebih sering diadakan. Aksi klithih atau kekerasan yang dilakukan oknum pelajar jelas merugikan dan menunjukkan adanya masalah eksistensi pada diri oknum tersebut. Beberapa alasan bisa ditarik dari fenomena tersebut. 

Energi yang berlebih pada diri pelajar, fanatisme pada satu kelompok atau sekolah, peer pressure yang mendorong pelajar untuk menyamai atau mengikuti trend dan norma di lingkungan pergaulan. Pelajar jaman now juga punya fasilitas dan akses yang lebih mudah pada berbagai hal.

Calon anggota legiselatif DPD DIY, Bambang Soepijanto dalam berbagai kesempatan selalu menekankan masyarakat untuk terus menebar kedamaian. Bambang yang bernomor urut 24 ini mengajak masyarakat untuk bersama terus cintai Jogja. 

Ia juga menekankan para pelajar untuk terus berlomba-lomba memupuk prestasi. Lebih baik berkeringat pada Popda yang jelas-jelas mengasah suportifitas daripada klitik di jalanan. Dalam pemilu mendatang Bambang Soepijanto mengusung slogan Ngayomi, Ngayemi, Ngayani.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline