Lihat ke Halaman Asli

Frederikus Suni

Content Creator Tafenpah

Sepenggal Kisah tentang Guru

Diperbarui: 25 November 2021   15:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sepenggal kisah tentang guru. (Sumber foto: News.Detik.com)

Pagi itu mentari masih belum menunjukkan tanda-tanda kehidupan di batas negeri, saya dan seorang guru duduk di salah satu pesisir pantai Timor Barat. Gelombang air laut ikut merangsang pahlawanku ini untuk bercerita. Ia bercerita tentang seorang anak manusia yang kini pergi tak tahu rimbanya.

Sedih dan terharu ketika air matanya jatuh ke tepian pantai. Saya pun duduk termenung bak pohon kelapa yang menjulang tinggi membela indahnya pesisir pantai Timor Barat.

Pahlawanku ini sudah bertahun-tahun menjadi salah satu guru honorer di salah satu sekolah negeri. Ia tidak pernah mengharapkan apa pun, selain kecukupan materi untuk menunjang aktivitasnya di sekolah. Maklum, letak rumah dan sekolahnya kurang lebih 25 kilo meter.

Sarana trasportasi untuk menuju sekolah tersebut pun masih belum mendukung. Karena letak sekolahnya berada di tengah hutan yang akses menuju ke sana juga hanya bisa dilalui oleh sepeda motor.

Akan tetapi, ia pun tidak memiliki sepeda motor. Jalan terbaik baginya adalah berjalan kaki PP 25 Kilometer setiap hari.

Perjuangannya untuk ikut mencerdaskan generasi perbatasan berkali-kali ditolak oleh pemerintah setempat. Namun, ia tidak patah semangat. Karena hanya itulah profesi yang ia tekuni selama ini.

Mendidik Dengan Hati

Sumber: Theconversation.com

Filosofinya yang terkenal adalah 'Mendidik Dengan Hati." Artinya generasi perbatasan meskipun masih belum begitu familiar dengan teknologi tapi ia menuntut mereka untuk terus belajar di mana saja. Karena ilmu yang ia ajarkan di sekolah  tak relevan dengan perkembangan zaman. Untuk itu, dengan telaten ia membimbing anak-anak muridnya menuju pemahaman yang lebih mendalam tentang arti 'belajar sepanjang hidup.'

Beberapa tahun kemudian, Guru ini mendapatkan salah satu surprise dari mantan anak muridnya. Di mana profesi anak muridnya adalah jurnalis kawakan di media nasional.

Cikal bakal murid ini untuk mengangkat kisah gurunya adalah ketimpangan antara guru di kota dan desa dalam hal apa pun. Maka, murid ini mulai mengadakan riset untuk menuliskan novel tentang ' Terima Kasih Guru Terhebatku."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline